Resesi Effect Nyata, Pengusaha Mulai Gelisah Nih
Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia sedang di ambang resesi. Amerika Serikat sebagai negara adidaya dunia saja mencatatkan inflasi tertinggi dalam 41 tahun terakhir, yakni mencapai 9,1%. Hal ini bakal juga berdampak terhadap Indonesia, kalangan pengusaha pun sudah mengingatkan hal ini.
"Kalau khawatir udah pasti seluruh dunia khawatir," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto kepada CNBC Indonesia ditemui di Kantor Kemendag, Kamis (14/7/22).
Tujuan ekspor tekstil Indonesia banyak yang mengarah ke Amerika Serikat. Jika AS resesi maka daya beli pun menurun, hal itu bakal berdampak terhadap permintaan pakaian jadi ke Indonesia.
Meski demikian, Anne menyebut Indonesia diuntungkan oleh situasi yang lain, yakni adanya limpahan permintaan dari China ke non China akibat perang dagang dengan AS. Indonesia menjadi salah satu yang kelimpahan berkah.
"Walau turun dunia tapi kita dapat alihan banyak, jadi tetap kita naik secara supply. kita harus nambah pekerja. Sektor TPT Indonesia nomor 12 dunia, belum nomor 2 atau 3. Dengan shifting China ke non China Indonesia dapat (alihan) besar...," ujar Anne.
Ia menegaskan bahwa sejauh ini belum ada penurunan permintaan di industri tekstil.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah. Belum ada pengaruh besar dari inflasi dan resesi di AS. Ia lebih menekankan bagaimana inflasi di Indonesia bisa terkendali. Kenaikan dolar US pun seharusnya menguntungkan dunia usaha dalam negeri.
"Kita liat inflasi nggak terlalu tinggi nggak apa apa, inflasi kita masih di bawah 5%, jadi masih terjaga. Justru karena US dolar tinggi mungkin satu harapan kami perkuat produk lokal, jadi supplier beli barang lokal aja," ujar Budihardjo kepada CNBC Indonesia.
(hoi/hoi)