Harga-Harga Terancam Makin 'Meledak', Begini Tips Antiboncos

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Kamis, 14/07/2022 13:15 WIB
Foto: Ilustrasi Perhiasan Emas (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ledakan inflasi Amerika Serikat (AS) diprediksi akan semakin memperkuat dolar Negeri Paman Sam itu. Pasalnya, bank sentral AS diperkirakan menaikkan suku bunga secara agresif.

Chief Economist Bank Permata Josua Perdede mengatakan, penguatan dolar AS berdampak pada kinerja bisnis usaha yang sangat dependen terhadap barang impor. Dia menambahkan, kenaikan biaya kemudian mendorong potensi kenaikan harga barang domestik ke depannya.

Di sisi lain, imbuh dia, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya telah memberi sinyal masih akan mempertahankan suku bunga awal kuartal-III tahun 2022. Karena tingkat inflasi Indonesia dinilai masih relatif stabil, terutama karena inflasi inti masih relatif terjaga.


"Rupiah cenderung mengalami pelemahan, terutama karena ekspektasi inflasi yang meningkat di berbagai negara, dan diikuti oleh kenaikan suku bunga global. Hal ini yang kemudian mendorong pelemahan sebagian besar mata uang Asia belakangan," kata Josua kepada CNBC Indonesia, Kamis (14/7/2022).

Jika Bank Indonesia belum menaikkan suku bunga, jelas Josua, nilai tukar rupiah akan semakin tertekan. Akibatnya, industri yang masih mengandalkan impor tentu akan terdampak negatif dari hal ini. Dia mencontohkan, perhiasan, barang elektronik, pesawat terbang dan jasa perbaikan, hingga produk pangan yaitu gandum.

"Masyarakat awam pada dasarnya tidak perlu khawatir pelemahan nilai tukar rupiah. Terutama bagi masyarakat yang penghasilan dan pengeluarannya dalam rupiah karena tidak memiliki dampak yang signifikan. Juga, yang mengonsumsi produk lokal," lanjutnya.

Namun, Josua menambahkan, masyarakat yang mengonsumsi barang-barang impor, yang sering dikategorikan sebagai barang-barang mewah, akan cukup terkena dampak. Yaitu masyarakat yang cenderung kelas menengah ke atas.

"Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Yang perlu diperhatikan adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang juga diikuti dengan kenaikan harga komoditas dan harga bahan baku. Karena itu, masyarakat awam perlu mengurangi konsumsi barang-barang impor dan mengonsumsi produk-produk lokal," kata Josua.

"Masyarakat tidak perlu berspekulasi terhadap pergerakan nilai tukar rupiah ke depannya karena faktor sentimen hanya bersifat sementara," kata Josua.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025