Kegelisahan Pengusaha Warteg Saat Semua Harga Naik!

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Kenaikan harga LPG nonsubsidi makin membuat kalangan pengusaha warteg tertekan. Di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok seperti daging hingga cabai, makin mahalnya harga LPG membuat margin keuntungan pengusaha warteg makin tidak terlihat.
Apalagi, kebanyakan pengusaha warteg harus membayar biaya operasional lainnya yang tergolong sangat besar, yakni biaya sewa tempat.
"Biaya sewa, sebenarnya nggak untung dengan kondisi gini karena sewa," kata Ketua Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) Mukroni kepada CNBC Indonesia, Senin (11/7/22).
Nilai biaya sewa tersebut bervariasi, misalnya mulai dari Rp 50.000.000, Rp 70.000.000, hingga Rp 100.000.000 per tahun. Besaran nilai tergantung dari lokasi, semakin strategis maka semakin mahal.
Dengan kondisi tersebut, pengusaha warteg harus berinovasi untuk tetap bertahan, termasuk mengurangi porsi hingga menaikkan harga jual.
"Sekarang ini kita gamang, warteg yang dikenal makanan murah, dengan kondisi gini, kita antisipasi jangan sampai harga mahal. Kasihan sama pedagang asongan, ojol, warteg ini kan melayani orang-orang pinggiran," papar Mukroni.
Dampak yang terjadi pada warteg merupakan efek domino dari kenaikan harga gas. Apalagi ada kenaikan harga juga pada bahan bakar minyak (BBM) non subsidi.
"Pasti akan berdampak ke inflasi kan nantinya, buat biaya operasional juga termasuk," sebut Mukroni.
PT Pertamina (Persero) kembali melakukan penyesuaian harga Liquefied Petroleum Gas atau LPG bright gas mulai ukuran 3 kilogram (kg), 5,5 kg dan juga 12 kg. Adapun untuk LPG 3 Kg berwarna pink dipatok menjadi Rp 58 ribu per tabung.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting memastikan bahwa bright gas 3 Kg berbeda dengan LPG 3 kg berwarna melon. Sehingga penyesuaian harga LPG hanya berlaku untuk yang non subsidi.
"Beda dengan LPG 3 yang subsidi. Warna tabungnya juga pink," kata Irto kepada CNBC Indonesia, Senin (11/7/2022).
[Gambas:Video CNBC]
Harga LPG-Pertalite Akan Naik? Ini Bocoran dari Erick Thohir
(dce)