
Awas Gelombang 4 Covid RI! Singapura-Australia Sudah Meledak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Covid-19 di Indonesia, meski tidak semeledak Singapura membuat pemerintah memberlakukan PPKM Level II di Jabodetabek. Kali ini, Negeri Singa melaporkan hingga hampir 13 ribu kasus dalam sehari.
Secara rinci, negara itu mencatat terdapat 12.784 kasus kemarin. Sebanyak 12.248 kasus adalah infeksi lokal dan sementara 536 impor.
Dari jumlah pasien infeksi, data Kementerian Kesehatan (MOH) menunjukkan sebanyak 683 pasien dirawat di rumah sakit. Tujuh membutuhkan oksigen.
Duta Besar (Dubes) RI untuk Singapura, Suryopratomo, memberi tanggapan soal ini. Ia menyebutkan pemerintah Singapura sebenarnya telah melakukan beberapa langkah-langkah untuk menangani lonjakan infeksi, seperti meminta para warga lansia di atas 50 tahun untuk mengambil dosis booster kedua vaksin Covid-19.
"Dan untuk melakukan booster kedua tak perlu melakukan pendaftaran, bisa langsung ke tempat-tempat community center yang ada fasilitas boosternya... termasuk booster vaksinasi yang mobile," ujarnya melalui sebuah pernyataan yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (6/7/2022).
"Jadi Pemerintah Singapura dari hasil penelitian mereka tetap berpendapat yang terbaik itu adalah pencegahan."
Di sisi lain, Suryopratomo juga menjelaskan bahwa rumah sakit umum di Singapura memang disarankan pemerintah tidak menerima pasien Covid-19. Karena, jumlah kasus masih bisa ditampung di National Centre for Infectious Diseases (NCID) Singapura.
Ia juga mengatakan semua kegiatan sudah normal dan tidak ada pengetatan. Namun kegiatan pengumpulan massa, di atas 500, harus melakukan pengecekan vaksinasi.
"Semua sudah normal ... Kegiatan-kegiatan tidal ada restriction kembali. Hanya saja kegiatan yang mengumpulkan orang di atas 500, diminta mengumpulkan pengecekan vaksinasi. Mereka yang belum divaksinasi dilarang hadir dalam kerumunan 500 orang," jelasnya.
Gelombang kasus Covid-19 ini sendiri sebelumnya telah diprediksi terjadi. Itu akibat kemunculan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, termasuk liburan yang dilakukan warga.
Beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan Ong Ye Kung menyebutkan puncak infeksi akan melanda negara itu, Juli. Meski begitu, ia yakin gelombang Covid-19 saat ini tidak akan separah gelombang Omicron awal tahun, di mana Singapura melihat sekitar 18.000 kasus setiap hari.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat hampir 700 kasus BA.4 telah terdeteksi di setidaknya 16 negara. Dan lebih dari 300 kasus BA.5 telah ditemukan di setidaknya 17 negara.
WHO menyebut penyebaran BA.4 dan BA.5 telah memicu wabah Covid-19 sporadis di seluruh dunia, tetapi strain yang bermutasi berat masih beredar pada tingkat rendah.
Lebih Berbahaya dari Subvarian Omicron Lain?
WHO menyebut bahwa dua subvarian baru ini tampaknya lebih menular, meski sakit yang ditimbulkan pada pasien tidak separah varian induknya. Badan tersebut masih akan memantau BA.4 dan BA.5 untuk menentukan apakah mereka pada akhirnya akan menyusul BA.2 sebagai strain dominan di seluruh dunia.
"Kami tidak tahu bagaimana varian ini akan berkembang di negara lain yang memiliki gelombang dominan BA.2," kata Pimpinan teknis WHO untuk Covid Maria Van Kerkhove. "Ini yang masih harus dilihat."
Yang sudah diketahui, subvarian, BA.4 dan BA.5 memiliki tingkat penularan yang tinggi di Afrika Selatan.
Lebih dari 36 kasus BA.4 ditemukan di Austria, 24 di Inggris, 20 di AS dan 17 di Denmark, menurut laporan tersebut. Selain itu, Belgia, Israel, Jerman, Italia, Kanada, Prancis, Belanda, Australia, Swiss, dan Botswana semuanya melaporkan di bawah 10 kasus BA.4.
Sekitar 57 kasus BA.5 telah terdeteksi di Portugal, 52 di Jerman dan 17 di Inggris. Jumlah kasus yang lebih sedikit, yakni kurang dari 10, ditemukan di AS, Denmark, Prancis, Austria, Belgia, Hong Kong, Australia, Kanada, Israel, Norwegia, Pakistan, Spanyol, dan Swiss.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Ramadan, Kasus Covid-19 RI Kian Landai