HM Sampoerna Permudah Petani Tembakau Jual Hasil Panen

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Jumat, 08/07/2022 14:54 WIB
Foto: doc HMSP

Wonogiri, CNBC Indonesia - PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menjalankan program kemitraan dengan petani tembakau di Wonogiri. Program ini dijalankan melalui perusahaan pemasok tembakau untuk meningkatkan kualitas tembakau dan kesejahteraan petani.

Kepala Urusan Eksternal Sampoerna, Ervin Pakpahan, mengungkapkan per tahun 2021, jumlah petani tembakau yang sudah bermitra mencapai lebih kurang 21.000 petani. Petani tembakau ini tersebar di sejumlah sentra pertanian tembakau di pulau Jawa dan provinsi Nusa Tenggara Barat.

"Program kemitraan menjamin penyerapan produksi sesuai dengan kesepakatan bersama antara petani tembakau dan pemasok. Program kemitraan telah menghindarkan petani dari rantai perdagangan tembakau dan tengkulak yang panjang sehingga berpotensi untuk mengurangi keuntungan petani secara signifikan," jelas dia dalam Tanam Raya Tembakau di Wonogiri, Kamis (7/7/2022).


Ervin menjelaskan pelaksanaan program kemitraan diwujudkan melalui pendampingan, bimbingan teknis, akses yang mudah terhadap permodalan dan prasarana produksi pertanian, serta jaminan pembelian tembakau sesuai kesepakatan antara pemasok dan petani.

"Selain itu kami membekali petani dengan pengetahuan tentang praktik pertanian yang baik guna mengurangi dampak lingkungan serta meningkatkan efisiensi produksi. Sampoerna percaya bahwa program ini dapat menjadi solusi bersama untuk memastikan kesejahteraan petani dan menciptakan rantai pasok pertanian tembakau yang berkelanjutan di Indonesia," tegas Ervin.

Adapun khusus di Wonogiri, program kemitraan dengan petani tembakau dilaksanakan melalui perusahaan pemasok tembakau, PT Sadhana Arifnusa. Selain Wonogiri, program tersebut dijalankan di sejumlah sentra penghasil tembakau di pulau Jawa, seperti Rembang, Jember, dan Bondowoso.

Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Area, Sadhana Arifnusa, Soeharto menyebut seluruh petani tembakau yang bermitra diwajibkan memiliki kotak pestisida untuk keselamatan. Kemudian semua petani memiliki APD yang digunakan ketika petani berhubungan dengan proses daun tembakau basah.

"Kita bentuk kelompok tani untuk memudahkan transfer teknologi. Jadi kita memiliki mandor, bagaimana mengawal teknologi ini sampai kepada petani. Ibaratnya petani mengerti dan melakukan," ujar dia.

Adapun kata dia petani tembakau yang bermitra dengan Sadhana sudah tidak menggunakan alat tradisional untuk merajang daun tembakau. Hal ini bertujuan untuk efisiensi agar tidak banyak memakan biaya dalam memproses tembakau.

"Informasi teknologi yang terbaru itu kita menggunakan drip irigasi, yang mana ini sangat efisien dalam penggunaan pupuk, penggunaan air, yang mana nanti ini untuk keseragaman tanaman," jelas Soeharto.

Sementara itu, salah satu petani tembakau mitra Miswanti mengungkapkan selalu mendapatkan pendampingan dan bimbingan ketika mengalami kendala budidaya tembakau.

"Dari mulai pembimbingan bibit, sebelum mulai pembimbingan bibit, sampai pasca penjualan, kita selalu didampingi," ujar diayang menjadi mitra sejak 2010.

Ketua Kelompok Tani Budi Makmur 2 Baleharjo, Eromoko, Wonogiri, ini mengaku mencatat peningkatan pendapatan secara signifikan dari hasil panen tembakau. Adapun dia memanfaatkan pendapatan tersebut untuk membeli prasarana penunjang kebutuhan pertanian tembakau.


(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tok! MK Putuskan Pemilu Nasional & Pilkada Dilakukan Terpisah