Internasional

Perang Rusia Ukraina Makan "Korban" Baru Lagi? Jepang

sef, CNBC Indonesia
01 July 2022 16:30
Bendera Jepang Terlihat di Atas Bank of Japan di Tokyo, Jepang pada 21 September 2016 (REUTERS/Toru Hanai)
Foto: Bendera Jepang Terlihat di Atas Bank of Japan di Tokyo, Jepang pada 21 September 2016 (REUTERS/Toru Hanai)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dan Ukraina sepertinya memakan "korban" negara baru. Kali ini Jepang.

Rusia mengeluarkan dekrit yang mengalihkan operasi proyek pengembangan minyak dan gas alam, Sakhalin-2, ke operator baru. Sebelumnya pengelola proyek adalah Sakhalin Energy Investment Company (SEIC).

SEIC adalah perusahaan patungan BUMN gas Rusia Gazprom (50% saham) dengan Mitsui dan Mitsubishi Corp (masing-masing 12,5% dan 10%). Rusia mengatakan kepentingan nasional dan keamanan ekonomi menjadi alasannya.

Rusia menyerukan pemegang saham asing yang ada untuk mengajukan hak berpartisipasi dalam perusahaan baru, di mana Moskow akan memutuskan inklusi mereka. Ini membuat masa depan investasi Jepang tampak tidak pasti.

"Tokyo sedang mengkaji dengan cermat dampaknya ke impor gas alam cair," kata juru bicara pemerintah Jepang, Seiji Kihara, dikutip AFP, Jumat (1/7/2022).

"Secara umum, kami percaya kepentingan sumber daya kami tidak boleh dirusak," tambahnya.

Jepang tergolong miskin sumber daya energi. Negara ini bergantung ke impor gas alam cair (LNG), pascareaktor nuklir Fukushima dimatikan di 2011.

Juru bicara Mitsubishi dan Mitsui mengatakan bahwa perusahaan sedang memeriksa rincian keputusan tersebut. Keduanya juga berkoordinasi dengan pemerintah.

Sebenarnya Shell, perusahaan minyak yang berpusat di Belanda dan terdaftar di Inggris, juga memiliki saham di SEIC. Namun Jumat, Shell mengumumkan keluar dari proyek.

Jepang sendiri termasuk salah satu negara yang mengecam serangan Rusia ke Ukraina. Jepang juga memberi sanksi ke Moskow.

Akhir Juni ini, Perdana Menteri Fumio Kishida mengumumkan sanksi terbaru Tokyo yakni larangan impor emas Rusia, pembekuan aset baru dan larangan ekspor olles sejumlah individu serta perusahaan.

Duta Besar Rusia untuk Jepang mengecam langkah itu. Ia menyalahkan Negeri Sakura karena menghancurkan hubungan antara kedua negara.

"Sanksi itu berpandangan sempit dan merugikan Jepang sendiri, terutama komunitas bisnis," kata Mikhail Galuzin dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook kedutaan Rusia.

"Tentu saja, peningkatan kebijakan permusuhan terhadap Rusia akan diperhitungkan oleh kami dalam pendekatan di masa depan terhadap Jepang dan tidak akan dibiarkan begitu saja," tambahnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Balas Dendam! Rusia Usir Diplomat Jepang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular