Konflik di Kamerun Makin Gawat, 26 Warga Sipil Dibantai

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 27/06/2022 19:56 WIB
Foto: Bendera Kamerun (AfrikImages Agency/Universal Ima/AfrikImages Agency)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sedikitnya 26 penduduk desa tewas dalam serangan pada Sabtu, (25/6/2022) di distrik Akwaya di wilayah Barat Daya Kamerun. Hal ini terjadi saat wilayah itu menjadi pusat dari pemberontakan separatis.

Petugas medis distrik Akway, Enow Daniel Kewong, mengatakan kepada Reuters bahwa 26 mayat telah ditemukan sejauh ini. Selain itu, masih ada warga yang hilang di desa Ballin, dekat perbatasan dengan Nigeria.

"Posyandu desa juga ditemukan dalam kondisi rusak dibakar," ujarnya dikutip Senin, (27/6/2022).


Dua sumber lokal mengatakan serangan itu terkait dengan sengketa tanah antara kelompok etnis Ugare Ballin dan Olitis dari desa terdekat Mavass. Kejadian itu terjadi saat warga sedang berkumpul untuk melayat.

"Para penyerang menyerbu sebuah rumah di mana ada perayaan yang terjadi dan menembak tanpa pandang bulu ke arah pelayat," kata satu sumber.

Konflik telah menjadi semakin umum di seluruh wilayah berbahasa Inggris di Kamerun. Ini diperparah dengan masuknya pemberontak Anglophone yang memperjuangkan perwakilan yang lebih besar untuk minoritas berbahasa Inggris negara itu.

Sebelumnya, Human Rights Watch (HRW) mengatakan separatis di wilayah berbahasa Inggris Kamerun telah meningkatkan jumlah aksi kekerasan tahun ini, termasuk pembunuhan, penculikan dan serangan terhadap sekolah.

"Kelompok separatis bersenjata menculik, meneror, dan membunuh warga sipil di seluruh wilayah berbahasa Inggris tanpa rasa takut yang jelas akan dimintai pertanggungjawaban oleh pemimpin mereka sendiri atau penegak hukum Kamerun," kata Ilaria Allegrozzi, peneliti senior Afrika tengah di HRW.

Kelompok kampanye itu juga mengatakan bahwa sejak Januari separatis bersenjata telah menewaskan sedikitnya tujuh orang, melukai enam orang, memperkosa seorang gadis, membakar setidaknya dua sekolah, menyerang sebuah universitas dan menculik hingga 82 orang, termasuk 33 siswa dan lima guru.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Cegah Konflik Rebutan Pulau, DPR Dorong Mediasi