Dilirik Eropa, Produksi Batu Bara RI Mendekati 300 Juta Ton

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
Senin, 27/06/2022 15:15 WIB
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui data MODI mencatat, produksi batu bara Indonesia sampai pada 27 Juni 2022 ini sudah mencapai 292,77 juta ton atau 44,16% dari target produksi tahun 2022 ini yang mencapai 663 juta ton.

Seperti yang diketahui sebelumnya, Kementerian ESDM mengatakan bahwa terdapat empat negara Eropa yang sedang menjajaki peluang untuk membeli batu bara Indonesia. Keempat negara itu adalah, Jerman, Spanyol, Italia dan juga Belanda.

Staf Khusus Menteri ESDM, Irwandy Arif mengatakan keempat negara tersebut sedang dalam tahap penjajakan awal untuk meminta batu bara Indonesia. Sehingga pihaknya belum mengetahui berapa kuota permintaan dari negara-negara Eropa tersebut.


"Penjajakan lah masih awal. Kan Rusia baru nyetop (setop impor batu bara ke Eropa) Agustus. Itu masih baru penjajakan, ada Jerman, Spanyol, Italia dan Belanda," terang Irwandy saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (24/6/2022).

Dengan adanya permintaan batu bara dari negara-negara Eropa itu, Irwandy juga belum mengetahui apakah Indonesia akan meningkatkan produksi batu baranya, dari yang ditargetkan tahun ini mencapai 663 juta ton.

"Ya enggak tahu (penambahan produksi) semula saja belum dicapai. Kalau misalnya hujan agak berhenti ya lumayan itu," ujar Irwandy.

Guna memenuhi kebutuhan batu bara Eropa, maka produsen batu bara perlu upaya ekstra. "Produksinya saja baru 41% dari target sampai dengan Mei," kata Irwandy saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (24/6/2022).

Di samping itu, jika Indonesia ingin menjual batu bara ke Eropa, paling tidak kualitasnya harus memenuhi kebutuhan mereka. Pasalnya, Eropa pada umumnya menggunakan batu bara kualitas di atas 5.500 kalori/kg.

"Tapi ingat Eropa mintanya di atas 5.500 (kalori)," ungkap Irwandy.

Selain negara Eropa, menurut Irwandy India yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor batu bara terbesar Indonesia juga meminta tambahan batu bara. Namun demikian, ia tidak merinci seberapa besar tambahan produksi yang diminta India.

Senada, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli sebelumnya menilai bahwa upaya peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan ekspor cukup menantang. Setidaknya ketersediaan alat berat dan alat angkut menjadi tantangan tersendiri.

"Pertama adalah bahwa saat ini juga terjadi kelangkaan suplai alat berat yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi itu agak sulit," kata dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/6/2022).

Di samping itu, ketersediaan alat berat untuk kegiatan tambang juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Paling tidak penambang harus menunggu terlebih dahulu sekitar 12 hingga 15 bulan lamanya.

"Yang satu lagi adalah alat angkut yang kita kebanyakan kita gunakan, misalnya tongkang nah ini sulit untuk didapatkan sehingga ini bisa jadi penghambat," ujarnya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Batubara Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional