Diam-diam RI Terancam 'Kiamat' Pesawat Terbang, Kok Bisa?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Minggu, 05/06/2022 18:40 WIB
Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia disebut terancam kekurangan pesawat terbang. Pasalnya, jumlah pesawat komersial yang operasi di Indonesia saat ini menipis.

Hal tersebut terjadi sebagai imbas pandemi Covid yang berlangsung 2 tahun lebih, sedangkan pengguna maskapai penerbangan juga mulai meningkat imbas pelonggaran aturan perjalanan.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkutan penerbangan selama periode Januari - Maret 2022 10,7 juta orang atau naik 55% dari periode sama tahun sebelumnya, dan penumpang internasional naik 200% menjadi 373,5 ribu.


Bahkan menurut prediksi Kementerian Perhubungan industri penerbangan RI bakal bangkit dalam waktu dekat. Pada tahun 2022, jumlah penumpang pesawat diperkirakan kembali naik menjadi 78 juta orang per tahun, dari 35 juta di tahun 2021.

Foto: Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi

Hanya saja yang menjadi tantangan adalah menurunnya jumlah armada pesawat, yaitu saat ini hanya sekitar 350 pesawat yang beroperasi dari 550. Hal ini terjadi karena maskapai banyak yang mengembalikan pesawat yang disewa ke lessor demi penghematan saat pandemi.

Menhub juga sudah melakukan komunikasi dengan produsen pesawat seperti Boeing mengenai masalah ini, dalam lawatannya ke Singapura beberapa hari lalu, dan mengungkapkan masalah kebutuhan pesawat di RI.

"Untuk kita kita minta pihak Boeing untuk berkomunikasi dengan sejumlah maskapai terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan pesawat," kata Menhub dalam keterangan beberapa waktu lalu.

Sehingga upaya lanjutan harus dilakukan, karena kebutuhan pesawat itu tergantung dari tiap maskapai.

"Itu tergantung dari kebutuhan operator dan maskapai masing-masing pemerintah akan mendukung dan memfasilitasi," kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan kepada CNBC Indonesia.

Apa Makin Banyak Maskapai yang Borong Pesawat Tahun Ini?

Menurut Pengamat Penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati, maskapai akan sulit melakukan pembelian pesawat baru. Melihat masalah finansial yang menimpa imbas dua tahun pandemi.

"Mungkin ya komitmen awal aja, kalau beli pesawat baru ngebut itu paling sebulan paling cepat bisa kirim 2-3 pesawat, tentu yang jadi masalah dalam pengiriman dan pembayaran terminnya, punya duit enggak?" tanya dia kepada CNBC Indonesia.

"Apalagi untuk pembayaran pesawat itu membutuhkan pembayaran termin 10% di awal. itu tergantung cicilannya juga," katanya.

Meski ada potensi keuangan maskapai membaik karena demand yang naik, tetapi dia tetap menganjurkan maskapai menggunakan pesawat bekas untuk menambah jumlah armadanya.

"Ada maskapai yang bangkrut seperti di India itu pesawat nganggur lebih baik pakai bekas saja. kalau umurnya masih 7 - 10 tahun itu masih layak. Asalkan perawatannya dikencengin," pungkasnya.


(dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Diancam Bom, Pesawat Saudia Airlines Mendarat Darurat di Medan