
Bakal Say Goodbye, RI Sudah Nikmati Ini Gegara Durian Runtuh

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia tak akan lagi mendapat 'durian runtuh' alias keuntungan dari lonjakan harga komoditas internasional. Tahun depan, keuntungan ini akan berakhir.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan hal tersebut dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, dikutip Jumat (3/6/2022).
"Ekspor yang selama 2021-2022 mengalami booming dengan commodity boom akan menuju normalisasi secara bertahap," tuturnya.
Ekspor juga menjadi motor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di saat konsumsi rumah tangga dan investasi mandek dihantam pandemi covid-19. Belanja pemerintah pun terbatas.
"Ekspor tidak lagi menjadi motor yang kuat," jelas Sri Mulyani.
Penurunan harga komoditas, kata Sri Mulyani dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi dunia dan stagflasi. Beberapa negara bahkan diramal jatuh ke jurang resesi. Sehingga permintaan terhadap komoditas juga ikut turun.
Maka dari itu, upaya yang dilakukan pemerintah adalah mendorong komponen lain bergerak cepat menopang ekonomi.
"Itu yang jadi skenario kebijakan makro kita, termasuk kita memilih meningkatkan subsidi menjaga momentum pemulihan ekonomi dan daya beli rumah tangga tidak tergerus," paparnya.
"Dari sisi produksi akan dicoba diseimbangkan, manufaktur yang dominan bergeser dengan jasa, yang produksinya rendah, trading, atau jasa yang tinggi seperti jasa keuangan, transportasi dan perdagangan," tegas Sri Mulyani.
Diketahui, pada April 2022 neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 7,56 miliar. Ini merupakan surplus ke-24 berturut-turut yang dialami Indonesia dan menembus rekor tertinggi. Sebagian besar dipengaruhi oleh komoditas batu bara, minyak kelapa sawit, nikel, tembaga, bauksit dan lainnya.
Lonjakan harga komoditas juga berhasil membuat transaksi berjalan surplus US% 0,2 miliar atau 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini membuat transaksi berjalan alias current account mengalami surplus tiga kuartal beruntun.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan bahkan memperkirakan penerimaan pajak hingga akhir 2022 bisa mencapai Rp 1.450 triliun hingga Rp 1.485 triliun atau meningkat 14,62% hingga 17,39% dari outlook penerimaan pajak yang sebelumnya ditetapkan dalam APBN 2022 yang sebesar Rp 1.265 triliun.
Potensi penerimaan pajak yang meningkat pada tahun ini juga tak lepas dari adanya berkah dari kenaikan harga komoditas global serta rasio kepatuhan formal yang terus meningkat selama beberapa tahun terakhir.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IMF Bawa Kabar Buruk Bagi Indonesia, Ini Alasannya!
