Ini Bukti Perang Bawa Mudarat, PMI Manufaktur China dkk Loyo

mae, CNBC Indonesia
01 June 2022 18:10
Workers dismantle barriers at a residential area, as the city prepares to end the lockdown placed to curb the coronavirus disease (COVID-19) outbreak in Shanghai, China May 31, 2022. REUTERS/Aly Song
Foto: REUTERS/ALY SONG

Jakarta, CNBC Indonesia - Data aktivitas manufaktur di sebagian besar negara masih dalam tren penurunan sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina serta lockdown di China.

Purchasing Manager's Index (PMI) Manufacturing Caixin China di bulan Mei ada di angka 48,1. PMI China memang meningkat dibandingkan yang tercatat di April yakni 46,0. Namun, PMI China masih terkontraksi selama tiga bulan beruntun.

Tahap ekspansif sektor manufaktur ditandai oleh angka PMI yang berada di atas 50. Level di bawah 50 menandai PMI masih kontraksi.

Masih loyonya PMI China di bulan Mei disebabkan kebijakan lockdown di sejumlah wilayah, termasuk Shanghai yang merupakan pusat bisnis Negara Tirai Bambu.

Masih lemahnya PMI China ini menjadi kekhawatiran tersendiri karena China merupakan motor utama perekonomian global setelah Amerika Serikat.

Meskipun data manufaktur China mengkhawatirkan, PMI sebagian negara Asia masih menunjukkan perbaikan.

PMI Vietnam bangkit di bulan Mei ke level 54,7 atau yang tertinggi sejak April 2021. Di bulan April tahun ini, PMI Vietnam ada di level 51,7 yang merupakan level terendah dalam enam bulan terakhir.

Dengan menembus level 54,7 maka PMI Vietnam berada dalam tahap ekspansi selama delapan bulan beruntun.

PMI India turun tipis ke level 54,6 di Mei dari 54,7 yang tercatat di April. Namun, PMI India masih berada di level ekspansif selama 11 bulan berturut-turut. Tingginya PMI India didukung derasnya permintaan ekspor. Output perusahaan India ada di level tertinggi dalam 11 tahun atau sejak April 2021.

PMI Jepang juga melemah ke level 53,3 di bulan Mei, dibandingkan 53,5 di bulan April. Kendati melemah, PMI Jepang masih bergerak dalam fase ekspansif selama 16 bulan beruntun. Baik output produksi ataupun jumlah permintaan baru meningkat di Jepang.

Seperti dugaan, PMI Eurozone melemah ke 54,6 di bulan Mei. Lebih rendah dibandingkan 55,5 di bulan April. Eropa merupakan salah satu kawasan yang paling terdampak oleh perang Rusia-Ukraina karena banyak menggantungkan pasokan energi dari Rusia.

Perang tidak hanya menurunkan permintaan dan logistik terganggu tetapi juga membuat mereka kesulitan mendapatkan pasokan energi untuk manufacturing mereka.


PMI Manufacturing Inggris melemah ke level 54,6 di Mei, dibandingkan 55,8 di bulan April. Level PMI di bulan Mei adalah yang terendah sejak Januari tahun lalu.

Sementara itu, PMI Prancis melemah ke level 54,6 di bulan Mei dari 55,7 di bulan April. PMI Prancis terseret ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Cerita berbeda ditorehkan Jerman. PMI Jerman naik tipis menjadi 54,8 di Mei dari 54,6 di April.

S&P Global belum merilis data PMI untuk Amerika Serikat. Namun, survei terakhir menunjukkan PMI Paman Sam jatuh ke level 57,5 di Mei dibandingkan 59,2 di April. Aktivitas pabrik di Amerika Serikat ada di titik terendah selama tiga bulan terakhir.

Data PMI Indonesia juga akan dikeluarkan Kamis besok (2/6/2022). Pada April lalu, PMI Indonesia ada di 51,9, meningkat dibandingkan Maret yang ada di  51,3. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aktivitas Manufaktur RI Ekspansif, Tapi Melambat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular