
Perang Minggir! India Terancam Krisis, Bakal Gelap Gulita

Jakarta, CNBC Indonesia - India terancam krisis listrik. Ini kemungkinan terjadi di Juli-Agustus 2022.
Sebuah laporan menyebutkan sejumlah kota kini mengalami pemadaman bergilir. Hal ini diyakini akan makin buruk beberapa bulan ke depan.
Mengutip Washington Post, gelombang panas menjadi penyebab. Mei ini, India bagian utara, selatan dan barat, bahkan mencatat suhu lebih dari 40 derajat Celcius.
Di beberapa area, panas bahkan nyaris menembus 50 derajat Celcius. Ini membuat warga mengonsumsi listrik untuk pendingin dalam jumlah besar.
Akibatnya pemerintah kini kembali memerintahkan beroperasinya pembangkit listrik batu bara dengan kapasitas penuh. Padahal sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Narendra Modi sendiri telah menggembar-gemborkan visinya untuk mengubah India menjadi pemimpin dalam energi terbarukan.
"Kementerian Lingkungan telah memberikan izin tambang batu bara untuk meningkatkan produksi hingga 50% tanpa mencari izin baru," tulis media Amerika Serikat (AS) itu mengutip sebuah memo 7 Mei.
"Memo itu mengaitkan peraturan lingkungan yang longgar dengan tekanan besar pada pasokan batu bara domestik di negara itu dan mengatakan "semua upaya sedang dilakukan untuk memenuhi permintaan batu bara"," tambah Post.
Mengutip laman yang sama, produksi batu bara India sendiri memang diperkirakan makin naik tahun-tahun mendatang. Karena, pemerintah berupaya memenuhi permintaan listrik yang melonjak dan mengamankan kemandirian energi.
Menurut Badan Energi Internasional, India adalah produsen batu bara terbesar kedua di dunia setelah China. Sekitar 80% dari produksi batu bara berasal dari Coal India, raksasa milik negara.
Di sisi lain, pengembangan energi terbarukan India, dinilai analis, belum mencapai target seperti yang diutarakan di perjanjian Iklim Paris 2015. Kala itu, Modi berjanji untuk memasang 175 gigawatt kapasitas energi terbarukan pada 2022 dan 450 gigawat di 2030.
India kini memasang kurang dari 100 gigawatt tenaga surya dan angin. Karenanya, menurut Post, pengamat menilai akan sulit target 175 gigawatt terealisasi.
Sementara itu, sebuah lembaga riset independen, The Central Electricity Authority of India (CEA) memprediksi puncak permintaan listrik Negeri Bollywood akan mencapai 214 gigawatt di Agustus. Rata-rata kebutuhan energi juga bisa meningkat lebih dari bulan Mei ini menjadi 1.33.426 juta unit (MUs).
"Awal muson barat daya akan semakin menghambat penambangan dan pengangkutan batubara dari tambang ke pembangkit listrik," kata CREA dikutip dari Economic Times.
"Jika stok batubara tidak diisi ulang ke tingkat yang memadai sebelum monsun, negara ini mungkin akan menuju krisis listrik lagi pada Juli-Agustus 2022."
India mencatat rekor produksi batu bara sebesar 777,26 juta ton (MT) pada tahun keuangan 2021-22. Ini meningkat 8,54% dibandingkan 716,08 MT pada tahun sebelumnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Listrik Teror India, Batu Bara RI Bisa Jadi Penyelamat