
Bukan Cuma 'Kiamat' Pesawat, Inilah Tantangan Penerbangan RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Keterbatasan armada pesawat dinilai menjadi tantangan utama dalam pemulihan sektor penerbangan sekaligus pariwisata di tanah air. Faktanya, defisit jumlah pesawat bukan menjadi tantangan utama.
Sekretaris Jenderal Inaca Bayu Sutanto menjelaskan, tantangan lain yang tidak kalah penting adalah kendala border. Dia mengatakan, tidak semua negara mengaplikasikan kebijakan pembukaan untuk para wisatawan karena kondisi pandemi Covid-19 yang berbeda.
"Contoh di Cina masih diberlakukan lockdown ataupun pengetatan protokol kesehatan yang sangat ketat, begitu juga dengan beberapa negara masih memiliki kondisi pandemi yang lebih buruk atau belum sebaik di Indonesia," ujar Bayu kepada CNBC Indonesia seperti ditulis, Kamis (26/5/2022).
Selain itu, tantangan lain industri aviasi adalah harga minyak. Bayu mengungkapkan harga minyak selalu volatile atau naik turun sehingga memengaruhi penerbangan domestik karena ada pembatasan tarif batas atas dan batas bawah.
"Sehingga jika harga minyak dunia sampai di atas US$100 per barelnya, itu hanya dalam waktu sekitar 2 minggu sampai paling lama 1 bulan sudah mulai turun lagi," terangnya.
Apalagi, lanjut Bayu, perang antara Rusia dan Ukraina berandil pada lonjakan harga minyak di atas US$ 100 selama 3 bulan lebih.
Lebih lanjut, Bayu mengungkapkan ada upaya pemerintah untuk membantu percepatan pemulihan di sektor penerbangan seperti mempersiapkan operasi bandara untuk pemulihan ke arah normal lagi. Tujuannya kapasitas pesawat dan bandara bisa naik.
"Kemudian mulai membuka rute baru khususnya untuk turis atau wisatawan mancanegara dengan negara-negara yang relatif sudah kondisi Covidnya setara dengan kita atau lebih baik," pungkasnya.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Cuma di Indonesia, Amerika Pun 'Kiamat' Pesawat