Gara-Gara Gula India, Dunia Bisa Terguncang?
Jakarta, CNBC Indonesia - India telah memutuskan untuk membatasi penjualan ekspor gula di pasar internasional. Dilansir dari CNN, pemerintah India membatasi ekspor gula hingga 10 juta ton untuk musim pemasaran yang berlangsung hingga September 2022 demi menjaga harga tetap terkendali.
Adapun para penjual juga telah diminta untuk meminta izin khusus dari pihak berwenang untuk setiap ekspor gula antara 1 Juni dan 31 Oktober 2022.
Seperti diketahui India merupakan produsen gula terbesar di dunia dan eksportir terbesar kedua setelah Brasil. Pemerintah Narendra Modi mengatakan perlu mengambil tindakan untuk mempertahankan stok gula dalam negeri setelah pertumbuhan ekspor yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun lalu dan saat ini.
Pilihan Redaksi |
Langkah pembatasan ekspor tersebut bertepatan dengan inflasi ritel tahunan di ekonomi terbesar ketiga di Asia mencapai 7,8% pada April lalu, di mana merupakan level tertinggi dalam hampir delapan tahun.
Pada tahun pemasaran saat ini, yang berlangsung dari Oktober 2021 hingga September 2022, pabrik gula India telah menandatangani kontrak ekspor sekitar 9 juta ton. Berdasarkan data pemerintah India, dalam periode 12 bulan sebelumnya, negara tersebut mengirimkan 7 juta ton gula ke luar negeri, yang merupakan jumlah tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Menteri Perdagangan India Piyush Goyal mengatakan bahwa peraturan ekspor tersebut seharusnya tidak mempengaruhi pasar global.
"Kami terus mengizinkan ekspor ke negara dan tetangga yang rentan," tambahnya, dikutip Kamis (26/5/2022).
Sementara itu, harga gula berjangka diperdagangkan 1% lebih tinggi yakni USD 556,50 per metrik ton per Rabu di London. Jumlah tersebut naik 13% sejak awal Januari dan sekitar 26% lebih tinggi dari tahun lalu.
Menurut Bank Dunia, invasi Rusia ke Ukraina berkontribusi pada tingginya harga komoditas pasar global hingga akhir 2024. Harga pangan diperkirakan akan melonjak sebesar 22,9% tahun ini, didorong oleh kenaikan harga gandum sebesar 40%.
(hoi/hoi)