Duh! Sri Mulyani Beberkan 3 Kengerian Baru, Ancam RI?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
24 May 2022 10:39
Konferensi Pers: Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur BI (FMCBG) ke-2 (Tangkapan Layar Youtube))
Foto: Konferensi Pers: Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur BI (FMCBG) ke-2 (Tangkapan Layar Youtube))

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi di Indonesia diklaim pemerintah mulai menunjukkan tanda pemulihan, terlihat dari aktivitas ekonomi. Namun di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati khawatir pemulihan ekonomi Indonesia akan terhambat karena berbagai tantangan.

Sri Mulyani menjelaskan ada tiga 'awan gelap' atau tantangan berat yang akan menyelimuti perekonomian Indonesia, yakni inflasi yang tinggi, peningkatan suku bunga kebijakan, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

"Kita menghadapi triple challenges sekaligus. Ini akan mempengaruhi environment ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Harus kita waspadai," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Mei, dikutip Selasa (24/5/2022).

Laju Pemulihan Ekonomi Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022.Foto: Laju Pemulihan Ekonomi (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu)
Laju Pemulihan Ekonomi Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022.

Bendahara Negara melaporkan harga berbagai komoditas dunia naik gila-gilaan. Gas alam naik 125,8% secara year-to-date (ytd), batu bara 166,1%, minyak brent 45,7%, minyak sawit mentah (CPO) 20,9%, gandum 55,6%, jagung 31,5%, kedelai 28,1%, dan biji-bijian 15,5%.

Harga komoditas akan mempengaruhi harga bahan baku di tingkat industri. Saat harga bahan baku makin mahal, harga jual ke konsumen akan ikut naik.

Harga Komoditas Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022.Foto: Harga Komoditas (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu)
Harga Komoditas Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022.

Akibatnya, inflasi menjadi masalah global. Di berbagai negara, inflasi meninggi dan mencatat rekor baru.

Untuk merespons tekanan inflasi yang semakin kuat, lanjut Sri Mulyani, bank sentral di berbagai negara sudah menaikkan suku bunga acuan. Ini dilakukan untuk meredam jumlah uang beredar dan menjangkar ekspektasi inflasi.

"Tingkat suku bunga, kemungkinan akan naik kalau inflasi tak terkendali. Di AS sudah diumumkan, di Eropa masih 0% tetapi dengan inflasi 7,4% mulai ada tanda-tanda adjustment suku bunga," jelasnya.

Pengetatan Kebijakan Moneter Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022.Foto: Pengetatan Kebijakan Moneter (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu)
Pengetatan Kebijakan Moneter Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022.

Saat suku bunga makin tinggi, maka biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha menjadi lebih mahal. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi sangat mungkin melambat.

Beruntung Indonesia ternyata memiliki senjata ampuh dalam menahan guncangan tersebut, yakni aktivitas ekspor.

"Kita melihat surplus bertahan 24 bulan. Ini sesuatu yang bagus dan memberikan daya tahan ekonomi untuk menghadapi guncangan dunia, suku bunga yang naik dan pelemahan ekonomi," ujarnya.

Pada April 2022 surplus neraca perdagangan mencapai US$ 7,56 miliar atau menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Ini juga menandakan surplus neraca perdagangan terjadi 24 bulan berturut-turut.

Neraca Perdagangan April Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022Foto: Neraca Perdagangan April (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu)
Neraca Perdagangan April Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022

Pun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga April 2022 masih mencetak surplus. Surplus APBN hingga April 2022 sebesar Rp 103,1 triliun atau setara 0,58% Produk Domestik Bruto (PDB).

Begitu juga dibandingkan dengan kinerja hingga April tahun lalu atau April 2021, ini didapuk jauh lebih tinggi. Pasalnya, pada periode sama tahun lalu, APBN tercatat defisit Rp 138,2 triliun atau 0,81% PDB.

Kinerja Pertumbuhan Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022.Foto: Kinerja Pertumbuhan (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu)
Kinerja Pertumbuhan Saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2022.

Surplus hingga April 2022 ini, kata Sri Mulyani jauh lebih tinggi dari surplus per Maret 2022 yang sebesar Rp 10,3 triliun atau setara 0,08% PDB.

"Sampai akhir April 2022 ini berarti kondisi sangat surplus. Sangat besar surplusnya. Bahkan, keseimbangan primer pun juga mencatatkan surplus," jelas Sri Mulyani.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seluruh Target Ekonomi RI di 2024 Meleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular