Internasional

Pejabat Militer Ukraina Buka-bukaan Soal Kondisi Perang

luc, CNBC Indonesia
Jumat, 20/05/2022 06:20 WIB
Foto: Tentara Ukraina mengendarai howitzer self-propelled di jalan di wilayah Kharkiv pada 17 Mei 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. (Foto oleh SERGEY BOBOK/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung selama hampir 3 bulan masih berjalan alot. Kedua kubu saling mengeklaim keunggulannya masing-masing.

Terbaru, seorang tokoh militer paling senior Ukraina telah bertemu dengan komite militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan memberikan penilaian yang optimistis tentang konflik tersebut.

"Hari ini, kami tidak hanya membela diri. Kami telah melakukan serangkaian serangan balik yang berhasil," tutur, Panglima Staf Umum Ukraina, Valeriy Zaluzhny, dilansir CNN International, Jumat (20/5/2022).


Adapun, pasukan Ukraina telah membuka blokir pengepungan di Kharkiv dan Mykolaiv, dan bertempur ke arah Kherson.

Zaluzhny mengatakan Ukraina membayar harga yang sangat tinggi untuk kebebasan dan pilihan Eropa. Menurutnya, akibat serangan Rusia, Eropa sedang mengalami krisis keamanan terbesar sejak Perang Dunia Kedua.

"Sejak 2014, kami menyadari bahwa agresi skala penuh pada akhirnya akan dimulai, dan kami bersiap untuk itu," tambahnya.

Dia menilai, militer Ukraina telah mencapai titik balik dengan berhasil mengambil inisiatif untuk menekan Rusia. Hasilnya, pasukan Rusia diklaim mengalami kerugian yang besar dan telah meninggalkan tujuan utama mereka, yakni menduduki Ibu Kota Kyiv.

Namun, terlepas dari keberhasilan Ukraina sejauh ini, Rusia belum mengendurkan serangan jarak jauhnya. Hal tersebut menjadi perhatian khusus Ukraina.

"Rusia mempertahankan tembakan rudal dengan intensitas tinggi, rata-rata 10-14 rudal balistik dan jelajah per hari. Ini merupakan ancaman tidak hanya bagi Ukraina, tetapi juga bagi negara-negara anggota NATO," tuturnya.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: NATO Ancam Rebut Kaliningrad, Rusia Balas Ancam Nuklir