Internasional

Dikritik WHO Soal Strategi Nol Covid, China Buka Suara

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 11/05/2022 21:42 WIB
Foto: REUTERS/Aly Song

Jakarta, CNBC Indonesia - China buka suara terkait kritik Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus terkait strategi nol Covid milik negaranya. Otoritas menyebut komentar Tedros "tidak bertanggung jawab".

"Kami berharap individu yang relevan dapat melihat kebijakan Covid China secara objektif dan rasional dan mengetahui fakta, daripada membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," kata juru bicara Zhao Lijian, Rabu (11/5/2022), dikutip dari Reuters.

Sebelumnya Tedros mengatakan strategi nol Covid milik China untuk mengalahkan pandemi tidak berkelanjutan.


"Ketika kami berbicara tentang strategi nol Covid, kami tidak berpikir itu berkelanjutan, mengingat perilaku virus sekarang dan apa yang kami antisipasi di masa depan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Selasa (10/5/2022), dikutip dari Aljazeera.

"Kami telah membahas masalah ini dengan para ahli China dan kami mengindikasikan bahwa pendekatannya tidak akan berkelanjutan... Saya pikir perubahan akan sangat penting."

Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan juga mengatakan sudah waktunya bagi China untuk mempertimbangkan kembali pendekatannya. Ia mengatakan tindakan apa pun untuk memerangi pandemi Covid-19 harus menunjukkan "penghormatan terhadap individu dan hak asasi manusia".

"Kita perlu menyeimbangkan langkah-langkah pengendalian terhadap dampak pada masyarakat, dampaknya terhadap ekonomi, dan itu tidak selalu merupakan kalibrasi yang mudah," katanya.

Ryan menuturkan bahwa China telah mencatat 15.000 kematian sejak virus pertama kali muncul di pusat kota Wuhan pada akhir 2019, jumlah yang relatif rendah dibandingkan dengan hampir satu juta di Amerika Serikat (AS) dan lebih dari setengah juta di India.

Sebagaimana diketahui, strategi nol Covid otoritas China telah menjebak sebagian besar dari 25 juta orang Shanghai di rumah selama berminggu-minggu. Meski strategi ini untuk membasmi wabah, nyatanya ini menyebabkan kemarahan dan protes warga karena penguncian ketat.

Shanghai merupakan pusat wabah terbaru, tetapi orang-orang di puluhan kota menjalani beberapa bentuk penguncian, termasuk di ibu kota Beijing.

China menanggapi wabah awal itu dengan penguncian selama berbulan-bulan yang kejam, tetapi setelah pencabutan pembatasan, sebagian besar kehidupan kembali normal terlepas dari pembatasan di perbatasan negara.


(tfa/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gelombang Panas di Beijing, Pemerintah Keluarkan Peringatan