
Harga Sembako Dunia Turun! Cuma Sementara atau Tahan Lama?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga pangan global yang diukur dengan FAO Food Price Index (FFPI) turun tipis pada April 2022 menjadi 158,5 poin, turun 0,8% dibanding bulan sebelumnya. Meski demikian, posisi saat ini masih dekat dengan rekor tertinggi.
Eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina mendorong harga pangan global melambung. Konflik tersebut telah membatasi ekspor dari Ukraina sebagai produsen biji-bijian dan minyak nabati utama dunia. Hal ini semakin buruk karena beberapa negara memilih melindungi cadangan lokal dibanding diekspor.
Harga pupuk yang tinggi dan kekhawatiran cuaca menambah ancaman bagi pasokan tanaman global. Termasuk kekeringan di ladang gandum Amerika Serikat (AS). Memperluas risiko krisis pangan, meskipun indeks pangan global turun pada bulan April.
"Ini benar-benar penurunan yang minimal," ujar Erin Collier, ekonom di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.
"Harga pasti masih sangat tinggi dan jelas masih sangat mengkhawatirkan, terutama bagi negara-negara berpenghasilan rendah yang mengalami defisit pangan," tambahnya.
Penurunan indeks di bulan April sebagian disebabkan oleh turunnya permintaan minyak sayur, dan pelemahan harga jagung. Sementara harga daging mencapai titik tertinggi yang pernah ada.
Sebelumnya, indeks pangan telah melonjak 13% sepanjang bulan Maret. Ini merupakan laju tercepat sepanjang sejarah yang tercatat. Bahkan lajunya melewati kecepatan tahun 2008-2011 yang berkontribusi terhadap krisis pangan global.
Namun, larangan ekspor produk kelapa sawit (termasuk CPO dan minyak goreng) membuat pangan global penuh ketidakpastian. Kebijakan tersebut nyatanya semakin menegaskan proteksionisme tanaman pangan sejak konflik Eropa Timur dimulai.
Sebelumnya, Serbia dan Kazakhstan memberlakukan kuota pada pengiriman biji-bijian. India juga sedang mempertimbangkan untuk membatasi ekspor gandum setelah panen yang rusak akibat panas yang parah.
"Langkah seperti itu mungkin menguntungkan konsumen di negara-negara yang memberlakukan pembatasan, tetapi biasanya merugikan semua yang lain," kata Sistem Informasi Pasar Pertanian Kamis.
"Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa langkah-langkah perdagangan ini akan memberi tekanan tambahan pada stok pangan yang tersedia, mendorong harga naik dan mengancam ketahanan pangan bagi masyarakat miskin."
Jika pasokan terhambat, bukan tidak mungkin harga pangan dunia kembali meningkat. Inflasi semakin panas dan akhirnya krisis kembali terjadi.
Kerawanan pangan akut melonjak 25% pada tahun lalu menjadi 193 juta orang, sebelum serangan Rusia ke Ukraina dimulai. Masalah kelaparan kemungkinan akan memburuk lebih lanjut pada tahun 2022, menurut sebuah laporan dari Jaringan Global untuk Krisis Pangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bikin Guncang Sedunia, Rusia-Ukraina Cs Pelit Ekspor Makanan