Catatan Mudik: Kemacetan Merak, Tol Trans Sumatra, BBM Langka

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
03 May 2022 06:40
Kemacetan jelang Pelabuhan Merak, Banten, Kamis, (28/4/2022). (CBC Indonesia/Maikel Jefriando)
Foto: Kemacetan jelang Pelabuhan Merak, Banten, Kamis, (28/4/2022). (CBC Indonesia/Maikel Jefriando)

Jakarta, CNBC Indonesia - Landainya penyebaran kasus Covid-19, menjadi angin segar bagi masyarakat Indonesia jelang perayaan Idulfitri. Apalagi setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) merestui masyarakat untuk menjalankan mudik ke kampung halaman. Sorakan bahagia pun menggema ke langit nusantara.

Restu Jokowi diwujudkan dengan pengumuman cuti bersama dari tanggal 29 April 2022 dan 4-6 Mei 2022. Artinya pekerja bisa libur sejak 29 April hingga 8 Mei 2022, termasuk akhir pekan.

CNBC Indonesia ikut meramaikan perayaan tahun ini dengan menjajal infrastruktur di wilayah Sumatra. Tepatnya rute Jabodetabek - Padang.

Perjalanan menggunakan kendaraan pribadi, dimulai pada 28 April, pukul 15.00 WIB dari wilayah Tangerang Selatan. Berbagai hal disiapkan, selain kebutuhan pribadi, kesiapan kendaraan, juga dilakukan tes antigen untuk memenuhi syarat pemerintah bagi masyarakat yang baru divaksin dosis kedua.

Sore itu, jalan menuju pelabuhan Merak cukup lancar. Titik kemacetan satu-satunya ada di gerbang keluar tol pada pukul 17.00 WIB. Antrean sekitar 400 m karena kepadatan kendaraan, meskipun sudah ada penambahan gerbang.

Butuh sekitar 40 menit untuk keluar dari kemacetan tersebut. Hanya saja 1 km setelahnya kemacetan kembali terjadi, untuk memasuki pelabuhan. Panjang antrean kira-kira mencapai 5 km. Padahal aparat sudah memberikan sebagian jalur dari arah sebaliknya.

Malam datang, tapi kendaraan tidak banyak bergerak. Baru kemudian pukul 19.30 WIB, kemacetan terurai dan kendaraan langsung menuju dermaga sesuai panduan aparat yang bertugas.

Pintu gerbang tiket amat padat. Dikarenakan kebingungan pemudik dalam pembelian tiket, antara lewat aplikasi atau langsung di lokasi. Kemacetan parah di pelabuhan pada beberapa malam sebelumnya membuat pemudik khawatir tiket hangus apabila tiba terlambat. Kemudian informasi yang beredar di media sosial juga banyak menyebut boleh dilakukan pembayaran secara tunai.

"Sejak 1 Mei itu harus pesan tiket via online pak. Sekarang karena ramai jadi bisa terima, tapi tunai," kata petugas tiket.

Pukul 20.00 WIB, kendaraan akhirnya berada di dermaga menunggu kedatangan kapal. Pemudik menunggu satu jam sebelum dipersilakan masuk ke atas kapal. Semua berjalan tertib dan kondusif.

Hanya saja tidak ada sama sekali pemeriksaan vaksinasi dan tes PCR atau antigen, meskipun sebelumnya dicantumkan dalam persyaratan untuk mudik. Imbauan untuk selalu menggunakan masker dan jaga jarak juga tidak terdengar dari aparat.

Kapal berangkat. Cuaca waktu itu amat bersahabat sehingga semua berjalan lancar dan kapal tiba di pelabuhan Bakauheni pukul 23.30 WIB. Kendaraan keluar satu per satu untuk melanjutkan jalur darat.

Tol Trans Sumatera

Infrastruktur yang dikebut era Jokowi ini menjadi andalan pemudik tujuan Sumatra. Tol Trans Sumatra dapat memangkas waktu tempuh perjalanan cukup signifikan dibandingkan dengan jalur biasa.

Pemudik bisa menggunakan tol sejak keluar dari pelabuhan. Jangan lupa menyiapkan kartu elektronik beserta saldo minimal Rp 390 ribu sedari awal untuk sampai ke ujung gerbang.

Jalan tol juga dilengkapi dengan beberapa rest area untuk pemudik bisa mengisi bahan bakar, beribadah hingga istirahat. Malam perjalanan tersebut, dalam pantauan CNBC Indonesia, bahan bakar tersedia cukup.

Lalu lintas berjalan lancar. Kondisi jalan cukup mulus. Ada perbaikan dilakukan namun hanya di bagian bahu jalan. di Tol sepanjang 330 km dari Bakauheni sampai Palembang bisa ditempuh dengan waktu sekitar 6 jam dengan kecepatan 80-100 km/jam. Termasuk istirahat selama 30 menit untuk sahur.

"Tol memang sangat membantu, karena jadi lebih cepat," kata Prabu saat berbincang dengan CNBC Indonesia. Prabu adalah pemudik dengan tujuan Palembang.

Sekitar pukul 06.00 WIB, perjalanan dilanjutkan melalui jalan non tol. Kondisi jalan memang tidak semulus tol. Ada beberapa lubang cukup besar harus dilewati, sehingga kecepatan cenderung rendah.

Awalnya lalu lintas cukup lancar. Macet cukup lama terjadi dua kali. Pertama saat ada truk mogok dan kedua ketika melewati pasar di wilayah Sungai Lilin, Musi Banyuasin. Jalan yang tidak terlalu lebar, butuh waktu sekitar 60-90 menit mengurai kemacetan.

Kota yang dilewati berikutnya adalah Jambi. Kendaraan tiba di sana sekitar pukul 15.00 WIB dan akhirnya memutuskan untuk beristirahat lebih panjang dari yang sebelumnya.

BBM Langka, SPBU Dipadati Pemudik

Pukul 23.00 WIB, CNBC Indonesia kembali melanjutkan perjalanan dari Jambi. Salah satu alasan berangkat saat tengah malam, yaitu situasi jalanan yang lebih sepi dibandingkan dengan siang.

Kondisi mobil kembali diperiksa. Bahan bakar masih tersisa 3/4. Sehingga opsi yang dipilih yaitu melanjutkan perjalanan. Asumsinya, SPBU pasti buka 24 jam saat arus mudik.

Mobil meluncur keluar dari kota Jambi. Ada beberapa SPBU di pinggir jalan terlihat, hanya saja lampunya mati. Meski banyak kendaraan yang parkir di dalam SPBU tersebut.

Saat memasuki daerah Tembesi, bensin sudah tersisa kurang dari setengah. SPBU terdekat menjadi tujuan. Akan tetapi masih sama seperti sebelumnya, SPBU yang dilewati tutup.

"Kami kehabisan bensin, jadi terpaksa nginap di SPBU dan menunggu sampai buka," kata salah seorang pemudik.

Hati mulai resah, karena waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 02.30 WIB dini hari. Daerah yang selanjutnya dilewati adalah Tebo. Berharap BBM tersedia sayangnya tidak sesuai dengan realita. Bahan bakar semakin menipis. Tidak ada juga terlihat pengecer di tepi jalan.

Melihat jarak menuju daerah Muaro Bungo tidak terlalu jauh, sepertinya sisa BBM masih cukup. Sambil mencari tempat untuk sahur.

Pukul 04.30 WIB kendaraan tiba di daerah yang dimaksud. Lampu tanda BBM habis juga sudah menyala. Namun lagi-lagi, tidak ada SPBU yang menyediakan BBM, khususnya Pertamax maupun Pertalite.

Untungnya ada pengecer, namun hanya sediakan BBM jenis Pertalite. Walaupun harus diterima, Pertalite yang dijual seharga Pertamax, yaitu Rp 12.500 per liter. Ya mau gimana..

Akhirnya perjalanan bisa dilanjutkan ke daerah Dharmasraya, Sumatra Barat. Di sana SPBU menyediakan BBM untuk semua jenis. Masalah kelangkaan BBM akhirnya bisa teratasi.

Kendaraan melaju kencang menuju kota Padang. Pada sisa perjalanan, tidak ada hambatan yang begitu berarti. Kemacetan terjadi di beberapa titik, namun bisa cepat terurai. Pukul 18.00 WIB, akhirnya tiba di pemberhentian terakhir.


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular