
Produksi Migas RI Anjlok, Ada Gangguan di Pertamina-BP-Exxon

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi produksi migas siap jual (lifting) pada kuartal I-2022 ini masih jauh dari target.
Sampai pada kuartal I-2022 ini, lifting untuk minyak misalnya baru mencapai 611,7 ribu barel per hari (bph) atau baru mencapai 87% dari target sebesar 703 ribu bph. Sementara, untuk gas mencapai 5.321 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 92% dari target 5.800 MMSCFD.
Adapun hal ini terjadi akibat adanya gangguan produksi di produsen-produsen migas kakap RI, seperti misalnya anak-anak PT Pertamina (Persero), ExxonMobil dan juga BP Indonesia.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno membeberkan bahwa gangguan produksi migas di sejumlah KKKS besar telah berdampak pada capaian lifting kuartal I tahun ini. Adapun gangguan produksi justru terjadi pada KKKS yang memiliki produksi migas jumbo.
Misalnya, seperti Pertamina Hulu Rokan (PHR), ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Pertamina Hulu Energi ONWJ (PHE ONWJ), dan BP Indonesia yang notabene sudah mempunyai Computerized Maintenance Management System (CMMS) yang cukup mumpuni.
"Banyak sekali gangguan operasional di Q1-2022 kemarin dan juga masih sampai hari ini dan lebih-lebih terjadi pada KKKS yang produksinya besar-besar," kata dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/4/2022).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelumnya mengatakan salah satu penyebab utama yang menjadi sorotan SKK Migas saat ini adalah terjadinya banyak unplanned shutdown di beberapa lapangan minyak. Hal ini pun menjadi pengaruh terhadap kinerja lifting minyak di awal tahun ini.
Diantaranya seperti yang terjadi di Blok Cepu pada lapangan Kedung Keris, kemudian Offshore North West Java (ONWJ) serta di Blok Rokan. Bahkan capaian produksi Blok Rokan sempat menyentuh angka 140 ribu bph, sementara belakangan ini sudah mulai mendekati 160 ribu bph.
"Sempat turun ke 140 ribu bph, akhir-akhir ini sudah kembali ke 160 ribu bph mendekati normal, dengan tambahan bor diharapkan bisa meningkat," kata dia dalam Konferensi Pers - Kinerja Hulu Migas Kuartal I Tahun 2022, Jumat (22/4/2022).
Jika lapangan-lapangan minyak yang jadi kontributor terbesar dalam lifting mengalami masalah maka sudah dipastikan lifting minyak nasional akan turut berdampak. Apalagi Blok Cepu pada kuartal pertama tahun ini telah kehilangan produksi hingga 11 ribu bph.
Selain itu, gangguan produksi pada kontraktor gas terbesar juga terjadi pada BP Indonesia. Perusahaan asal Inggris mengalami kendala teknis berupa kegiatan perawatan menyeluruh (turn around). Kondisi ini lantas membuat saluran gas perusahaan turun.
"Di gas banyak di BP, sedang kami diskusikan karena ada tiga-empat kali trip yang mostly beberapa peralatan listrik dan terakhir pipa adanya keretakan pipa," kata Dwi.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak, Begini Jurus Pemerintah Agar Defisit Migas Tak Melebar
