'Jebakan Batman' Utang China Makan Korban Baru, Waspada RI!

linda hasibuan, CNBC Indonesia
Minggu, 24/04/2022 21:20 WIB
Foto: Infografis/4 Negara Disebut Masuk 'Jebakan Batman' Utang China, Ada RI?/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini, Sri Lanka tengah menghadapi krisis ekonomi terparah sepanjang sejarahnya. Itu karena, Sri Lanka terjebak jeratan utang dari China.

Negeri yang dipimpin Xi-Jinping itu merupakan salah satu kreditur terbesar Sri Lanka. Pemerintah Sri Lanka meminjam utang kepada Beijing untuk sejumlah infrastruktur proyek sejak 2005, melalui skema Belt and Road Initiative (BRI), salah satunya pembangunan pelabuhan Hambantota.

Mengutip Times of India, total utang Sri Lanka ke China mencapai US$ 8 miliar, sekitar seperenam dari total utang luar negerinya.


Namun sayangnya, sebagian proyek dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu. China juga meminta jatah ekspor produk mereka ke Sri Lanka senilai US$ 3,5 miliar.

"Dari awal, kecerobohan meminjam dari China buat infrastruktur yang tak menguntungkan membuat negara itu di titik ini," tulis media itu, mengutip laporan Hong Kong Post.

Mengutip BBC, Pemerintah Sri Lanka pada awal tahun ini mencoba melobi Beijing untuk restrukturisasi utang. Namun diketahui, China telah menolak restrukturisasi utang tersebut dan itu semakin menambah beban negeri itu.

Akibatnya, Sri Lanka kini dilanda krisis. Ini menjalar dari ekonomi ke politik. Negeri Ceylon itu mengalami kemelut terparah sejak merdeka di 1948. Ribuan warga bahkan turun ke jalan meminta pemerintah sekarang mundur.

Di lain sisi, Indonesia juga menjadi salah satu penikmat utang dari China. Mengutip data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) periode Februari 2022, China adalah pemberi utang terbesar keempat buat Indonesia. Hanya kalah dari Singapura, Amerika Serikat (AS), dan Jepang.

Pada Februari 2022, ULN Indonesia dari China tercatat US$ 20,78 miliar. Naik 0,76% dari bulan sebelumnya (month-on-month/mtm). Dalam periode yang sama, ULN dari Singapura turun 0,75%, dari AS turun 0,22%, dan Jepang turun 0,91%.

Dari sisi mata uang, ULN terbanyak masih dalam dolar AS. Per Februari 2022, ULN berdenominasi dolar AS tercatat US$ 275 miliar.

Di posisi kedua ada euro dengan nilai ekuivalen US$ 25,15 miliar. Yen Jepang menempati peringkat ketiga (US$ 24,82 miliar) dan yuan China berada di posisi empat (US$ 4,31 miliar).

ULN dalam dolar AS tumbuh 0,38% mtm pada Februari 2022. Sementara ULN euro naik 0,17%, yen tumbuh 0,04%, dan yuan turun 0,11%.


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Jadi Negara Pengguna AI Tertinggi di Asia Tenggara