Ini Sederet Biang Keladi yang Bikin Produksi Migas RI Loyo

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
22 April 2022 18:10
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menegaskan komitmennya untuk memperkuat dan memperluas pemanfaatan gas bumi di Indonesia melalui pembangunan infrastruktur di berbagai sektor kelistrikan, industri, transportasi, UMKM dan rumah tangga. (Ist PGN)
Foto: PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menegaskan komitmennya untuk memperkuat dan memperluas pemanfaatan gas bumi di Indonesia melalui pembangunan infrastruktur di berbagai sektor kelistrikan, industri, transportasi, UMKM dan rumah tangga. (Ist PGN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat kinerja capaian produksi lifting migas kuartal 1 tahun ini masih loyo. Hal tersebut terjadi lantaran banyaknya unplanned shutdown di beberapa lapangan minyak.

Berdasarkan data lembaga hulu ini, lifting untuk minyak misalnya baru mencapai 611,7 ribu barel per hari (bph) atau baru mencapai 87% dari target sebesar 703 ribu bph. Sementara, untuk gas mencapai 5.321 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 92% dari target 5.800 MMSCFD.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan salah satu penyebab utama yang menjadi sorotan saat ini adalah terjadinya banyak unplanned shutdown di beberapa lapangan minyak. Hal ini pun menjadi pengaruh terhadap kinerja lifting minyak di awal tahun ini.

Diantaranya seperti yang terjadi di Blok Cepu pada lapangan Kedung Keris, kemudian Offshore North West Java (ONWJ) serta di Blok Rokan. Bahkan menurut Dwi capaian produksi Blok Rokan sempat menyentuh angka 140 ribu bph, sementara belakangan ini sudah mulai mendekati 160 ribu bph.

"Sempat turun ke 140 ribu bph, akhir-akhir ini sudah kembali ke 160 ribu bph mendekati normal, dengan tambahan bor diharapkan bisa meningkat," kata dia dalam Konferensi Pers - Kinerja Hulu Migas Kuartal I Tahun 2022, Jumat (22/4/2022).

Adapun jika lapangan-lapangan minyak yang jadi kontributor terbesar dalam lifting mengalami masalah maka sudah dipastikan lifting minyak nasional akan turut berdampak. Apalagi Blok Cepu yang saat ini telah kehilangan produksi hingga 11 ribu bph.

Selain itu, gangguan produksi pada kontraktor gas terbesar juga terjadi pada kuartal pertama tahun ini. Terutama untuk BP Indonesia yang mengalami kendala teknis berupa kegiatan perawatan menyeluruh (turn around). Kondisi ini lantas membuat saluran gas perusahaan turun.

"Di gas banyak di BP, sedang kami diskusikan karena ada tiga-empat kali trip yang mostly beberapa peralatan listrik dan terakhir pipa adanya keretakan pipa," katanya.

Adapun untuk lifting minyak, berikut tiga KKKS yang berkontribusi besar terhadap realisasi lifting di kuartal pertama tahun ini. Pertama ditempati oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dengan capaian 175.366 bph atau 96,4% dari target APBN 2022 sebesar 182.000 bph.

Kedua, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan capaian 157.468 atau 87,3% dari target tahun ini sebesar 180.355 bph. Ketiga, PT Pertamina EP dengan capaian produksi 66,846 bph atau 80,5% dari target APBN sebesar 83.000 bph.

Sementara untuk lifting gas, berikut tiga KKKS yang berkontribusi besar terhadap realisasi lifting di kuartal pertama tahun ini. Pertama, yakni BP Berau LTD dengan capaian saluran gas 877 MMSCFD atau 75,3% dari target APBN 2022 1,164 MMSCFD.

Kedua, ConocoPhillips (Grisik) LTD dengan capaian saluran gas 799 MMSCFD atau 110,2% dari target APBN 2022 725 MMSCFD. Ketiga, PT Pertamina EP dengan capaian saluran gas 650 MMSCFD atau 92,3% dari target APBN 2022 sebesar 705 MMSCFD.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak, Begini Jurus Pemerintah Agar Defisit Migas Tak Melebar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular