Ukraina 'Kehausan' Senjata Bantuan dari AS dan Sekutu
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menghadapi hambatan baru dalam membantu Ukraina yang sedang memerangi serangan Rusia. Hambatan itu merupakan cepat menipisnya bantuan senjata yang diberikan kepada negara itu.
Kekhawatiran ini timbul tatkala Rusia memberi sinyal bahwa mungkin akan mengambil tindakan yang lebih agresif untuk menghentikan aliran senjata dari AS dan NATO. Selain itu, ada pertimbangan baru tentang seberapa cepat Ukraina bisa kehabisan amunisi karena pertempuran yang lebih sengit terjadi di wilayah Timur.
Hal ini juga sempat disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dalam wawancara dengan CNN International, Zelensky menyebut bantuan persenjataan senilai US$ 800 juta yang diberikan AS kepada negaranya masih belum cukup.
"Tidak akan pernah cukup. Ada perang skala penuh yang sedang berlangsung hari ini, jadi kami masih membutuhkan lebih banyak daripada yang kami miliki saat ini ... Kami tidak memiliki keunggulan teknis atas musuh kami. Kami hanya tidak pada level yang sama di sana," ujarnya seperti dikutip Senin, (18/4/2022).
AS sejauh ini mengumumkan bahwa mereka mengirim 18 meriam Howitzer 155mm dan 40 ribu peluru artileri. Ini sebagai bagian dari paket terbarunya untuk melengkapi rudal Javelin yang sebelumnya telah dikirimkan.
Pertempuran di wilayah Timur Ukraina semakin sengit tatkala Moskow melakukan pemusatan mobilisasi pasukannya ke wilayah itu. Wilayab Timur ini mencakup Donetsk dan Luhansk, yang merupakan sumber konflik antara kedua negara.
Tak jauh dari dua wilayah itu, terdapat sebuah kota besar yang bernama Mariupol. Kota ini sendiri telah menjadi basis dari perlawanan Ukraina terhadap pasukan Rusia di wilayah Timur. Meski begitu, kabar terbaru dari Rusia menyebut ribuan pasukan Ukraina di kota itu telah menyerah dan meletakkan senjatanya.
(tps/tps)