Internasional

Rusia-Ukraina Damai? Putin Mau Bertemu Zelensky

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Jumat, 15/04/2022 09:00 WIB
Foto: Presiden Rusia Putin (AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia membuka harapan adanya pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ini diyakini bisa membawa perdamaian di Ukraina berakhir.

Namun, Kremlin menegaskan pertemuan dapat terjadi dengan sebuah syarat. Itu adalah penandatanganan dokumen kesepakatan yang siap ditandatangani oleh kedua pemimpin.


Dalam sebuah pernyataan pers, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan hal ini merupakan keinginan dari Moskow. Ia menyebut bahwa kesepakatan belum disetujui sehingga belum ada pembaruan terbaru terkait peperangan Rusia dan Ukraina.

"Pada prinsipnya, Presiden (Putin) tidak pernah menolak pertemuan semacam itu (dengan Presiden Zelensky), tetapi kondisi tertentu harus disiapkan untuk itu, yaitu, teks dokumen (perjanjian) (untuk ditandatangani)," kata Peskov kepada wartawan seperti ditulis CNN International, Kamis (15/4/2022).

Pekan lalu, Rusia mengatakan proposal perdamaian yang diusulkan oleh Presiden Zelensky tidak dapat diterima. Hal ini membuat perundingan damai antara kedua pihak berjalan lambat.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengatakan proposal yang terbaru ini ditawarkan Kyiv jauh dari poin yang disepakati sebelumnya dalam beberapa pertemuan antara delegasi kedua negara.

"Ketidakmampuan untuk menyetujui seperti itu sekali lagi menyoroti niat sebenarnya Kyiv, posisinya menarik keluar dan bahkan merusak pembicaraan dengan menjauh dari kesepahaman yang dicapai," kata Lavrov seperti dikutip Reuters.

Kremlin juga menuduh campur tangan negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat (AS) telah menghambat proses kemajuan ini. Salah satu hal yang dianggap menghambat perdamaian bagi Rusia adalah soal tuduhan pembantaian warga sipil di kota Bucha, Ukraina.

Kyiv dan Barat mengatakan ada bukti. Termasuk gambar dan kesaksian saksi yang dikumpulkan.

Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya "operasi khusus". Ini untuk menurunkan kemampuan militer tetangga selatannya serta membasmi orang-orang yang disebutnya nasionalis berbahaya layaknya Nazi.

Hingga saat ini, Moskow telah memutuskan untuk memfokuskan serangan di wilayah Timur Negeri Jirannya itu tepatnya di wilayah Donetsk dan Luhansk. Kedua wilayah itu diketahui merupakan wilayah yang diklaim Rusia sebagai berdiri sendiri dan tidak berada dalam kedaulatan Kyiv.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Zelensky Ngamuk, Mesin Perang Putin Dibombardir