CNBC Insight

Kawasan Tunjungan Plaza Dulunya Eks Tuan Tanah Freemason

Petrik, CNBC Indonesia
15 April 2022 19:20
pakuwon jati
Foto: Dokumentasi PT Pakuwon Jati

Jakarta, CNBC Indonesia - Tunjungan Plaza Surabaya terbakar Rabu (13/4). Lokasi ini adalah kawasan niaga yang cukup tua di kota Surabaya. Kawasan ini sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Usia daerah ini sekitar 200 tahun. Waktu Herman Willems Deandels (1762-1818) berkuasa di Jawa dari 1808 hingga 1811, daerah Tunjungan terhitung berada di pinggiran kota Surabaya.

Di masa Deandels berkuasa itu beberapa tanah di pinggiran Surabaya dijual kepada orang-orang kaya. Purnawan Basundoro dalam Merebut ruang kota aksi rakyat miskin kota Surabaya, 1900-1960an (2013:52) mencatat diantara yang dijual adalah tanah Petoendjoengan yang dijual kepada HJ van Cattenburgh seharga 5.133 rijkdaalders.

Cattenburgh dikenal sebagai pemilik perkebunan Tandjong yang disebut juga sebagai Petoendjoengan. Selain itu dia pernah menjadi presiden Raad van Justitie. Di tanahnya itu, Cattenburgh sebagai pemilik tanah Petoendjoengan (baca: Petunjungan), mempersilakan kaum Vrijmetselarij (Freemason) Surabaya untuk dijadikan tempat pertemuan, yang biasa disebut loge (loji). Anggota Loji itu mulanya hanya 19 orang, Cattenburgh adalah salah satunya.

Terkait pembangunan loji itu, Koran De Indische Courant (24-11-1934) menyebut setelah kematian HJ van Cattenburgh pada 1811, sebagian tanah dijual kepada perkumpulan Vrijmetselarij pada 1812 dan pada 20 April 1812, diadakan peletakan batu pertama untuk pembangunan loji di Tunjungan.

Bangunan rampung setelah tahun 1813 dan dinamai Loge De Vriendschap, yang diartikan sebagai loji persahabatan. Bangunan itu kerap disebut orang Indonesia kebanyakan sebagai Loji Tunjungan atau Loji Setan. Belakangan Loji Setan itu menjadi Kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN).

Sementara itu di bagian lain lahan yang dulu dimiliki Cattenburgh kemudian berganti pemilik. Koran Soerabaijasch handelsblad (21-01-1938) menyebut bahwa pada 1812 sebagian lahan bekas Cattenburgh itu menjadi milik Liem Tiang Soe. Pada tahun 1868, pemiliknya adalah Tan Slauw Hong. Belakangan berdiri rumah-rumah miliki orang Indonesia asli.

Daerah Tunjungan terus ramai. Kakek La Nyala Mattaliti pernah punya toko di daerah Tunjungan di tahun 1940-an. Tunjungan punya kesamaan dengan Malioboro di Yogyakarta. Tempat yang wajib dikunjungi jika seseorang berada di Surabaya. Tidaklah salah jika kemudian Alexander Tedja, lewat Pakuwon, membangun Plaza Tunjungan setelah berbisnis film.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pmt/pmt)
[Gambas:Video CNBC]

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular