Mantul! Sri Mulyani Selamatkan RI dari Utang Rp100 Triliun

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
Kamis, 14/04/2022 10:25 WIB
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani di acara CNBC Indonesia Economic Outlook, Selasa (22/3). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengungkapkan bahwa pemerintah sudah berhemat sekira Rp 100 triliun dari pengurangan penerbitan obligasi.

"Kita berhasil mengurangi sampai dengan Rp 100 triliun," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).


Kok bisa?

Hingga bulan kedua 2022, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih membukukan surplus. Hal ini membantu pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam upaya menekan defisit anggaran untuk kembali ke bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun depan.

Per akhir Februari 2022, penerimaan negara tercatat Rp 302,42 triliun. Dibandingkan Januari-Februari 2021, naik 37,73%.

Sementara belanja negara ada di Rp 282,71 triliun. Tumbuh, tetapi tidak secepat penerimaan yakni 10,42% dibandingkan dua bulan pertama 2021.

Dengan demikian, APBN 2022 memiliki surplus Rp 19,71 triliun. Terhadap PDB, rasionya adalah 0,11%.

Dihadapkan pada kondisi anggaran yang sehat, pemerintah pun sepertinya tidak terlalu ngoyo untuk berutang untuk membiayai APBN. Hingga akhir Februari, realisasi pembiayaan utang baru 9,5% dari target APBN atau Rp 92,91 triliun.

Dalam beberapa kali lelang Surat Utang Negara (SUN), pemerintah pun tidak memenangkan terlalu banyak. Jumlah yang diserap lebih rendah dari target indikatif menjadi pemandangan yang biasa.

Menurut Sri Mulyani, pengurangan penerbitan obligasi juga bisa menghindarkan pemerintah selaku penerbit (issuer) dari risiko pasar. Saat ini pasar keuangan dunia sedang sangat tidak pasti karena perang Rusia-Ukraina dan normalisasi kebijakan moneter berbagai bank sentral.

"Kita melihat risiko global akibat normalisasi kebijakan moneter dan juga terjadi perang di Ukraina yang semua akan berpotensi menekan SBN dari yield dan demand-nya. Oleh karena itu, kita akan kurangi issuance," sebutnya.

Pemerintah juga akan menggunakan dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) tahun lalu. "Dengan SAL tahun lalu kita mampu melakukan optimalisasi dengan potensi mengurangi defisit," ujarnya.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: APBN Mei 2025 Defisit Rp 21T, Menkeu Klaim Masih Kecil