Pertamina Beneran Mau Beli Minyak Rusia? Gak Gampang Gaes..

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Senin, 11/04/2022 13:10 WIB
Foto: REUTERS/Henning Gloystein

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana PT Pertamina (Persero) untuk membeli minyak asal Rusia dinilai tidak akan berjalan mudah, meskipun mendapatkan harga terdiskon dari patokan harga minyak internasional jenis Brent.

Mantan Direktur Utama Pertamina periode 2006-2009 Ari Soemarno menilai, terlepas dari isu politik, dari sisi aspek teknis komersial pembelian minyak dari Rusia ini akan sangat rumit dan sulit terealisasi.

Dia mengatakan, hal itu dipicu karena sejak Rusia dikenakan sanksi oleh sejumlah negara Barat maupun beberapa negara Asia akibat serangan yang dilakukannya terhadap Rusia sejak 24 Februari 2022 lalu, ini membuat sistem pembayaran menjadi sulit. Menurutnya, banyak negara di dunia tidak akan bersedia menangani transaksi dagang dengan Rusia. Apalagi, bank dalam negeri juga dipastikan tidak akan mampu atau bersedia menanganinya.


"Jadi pembayarannya, baik melalui TT (Telegraphic Transfer) atau LC (Letter of Credit) dengan mata uang apapun menjadi tidak mungkin. Memang masih ada kemungkinan melalui bank di China, tapi kemungkinan besar mereka pun akan menolak untuk melakukan transaksi komersial dengan Rusia dari negara lain," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (11/04/2022).

Selain terkait isu pembayaran, isu pengapalan menurutnya juga akan menjadi salah satu tantangan untuk melakukan transaksi pembelian minyak Rusia ini.

Meskipun Pertamina memiliki tanker sendiri, namun menurutnya ini akan terkendala terkait isu asuransi kargonya. Diperkirakan tak akan ada perusahaan asuransi yang mau memberikan asuransi pengiriman minyak dari Rusia ini.

"Kalaupun Pertamina pakai tankernya sendiri, dipastikan tidak akan ada perusahaan asuransi yang mau tangani cargo insurance-nya," ujarnya.

Selain itu, tak menutup kemungkinan tanker Pertamina bakal menghadapi penghadangan dari atau menuju pelabuhan Rusia tersebut. Seperti diketahui, pada 31 Maret 2022 lalu, tanker Pertamina, Pertamina Pride, sempat dihadang aktivis Greenpeace di lepas pantai Denmark karena menerima transferan minyak dari tanker yang membawa minyak asal Rusia.

"Juga pelabuhan-pelabuhan Rusia pasti diawasi ketat yang mana kapal-kapal yang keluar dan masuk dicatat, di mana kemungkinan besar kapal tanker Pertamina itu akan dihentikan dan dihalangi untuk melanjutkan perjalanan oleh kapal perang Amerika di laut/perairan internasional setelah keluar ataupun sebelum masuk pelabuhan di Rusia," tuturnya.

Isu ini menurutnya akan diperberat dengan Pemerintah Amerika Serikat sudah mengeluarkan sanksi untuk melarang pembelian komoditas energi, termasuk minyak dan gas asal Rusia sejak awal Maret.

Hal ini seperti kejadian 20 tahun lalu di mana Pertamina punya pengalaman pahit membeli minyak mentah dari Sudan yang telah bertransaksi sebesar US$ 26 juta dan sudah ditransfer melalui bank di New York, tapi beberapa hari kemudian Sudah terkena sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat. Akibatnya, uang Pertamina tersebut dibekukan oleh Pemerintah AS.

"Oleh Pemerintah Amerika, uang Pertamina tersebut dibekukan di New York dan Pertamina butuh waktu dua tahun untuk dapat mencairkannya kembali. Juga di waktu lalu Pertamina berusaha untuk bisa beli crude dari Iran, tapi tidak pernah berhasil," tuturnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pembelian minyak mentah asal Rusia tersebut rencananya akan diolah di Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat. Terutama, setelah perusahaan rampung melakukan perbaikan (revamping) pada kilang tersebut di bulan Mei mendatang.

Adapun dengan rampungnya revamping Kilang Balongan pada Mei tahun ini, setidaknya Pertamina akan lebih fleksibel untuk menerima beragam jenis minyak mentah untuk diolah. termasuk minyak mentah yang tengah dijajaki dari Negeri Beruang Putih itu.

"Di tengah situasi geopolitik kita melihat ada opportunity untuk membeli minyak Rusia dengan harga yang baik. Pak Taufik (Dirut PT KPI) sudah approach," kata Nicke dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Senin (28/3/2021).

Pertamina sendiri, menurut Nicke, juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia terkait rencana pembelian minyak tersebut, mengingat hal ini juga menyangkut terkait isu politis.

"Gak ada masalah sepanjang perusahaan yang kita deal gak kena sanksi. Untuk pembayaran mungkin nanti melalui India. Kita koordinasi dengan Kemenlu. Secara politis gak ada, ini secara B to B," kata Nicke.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading Pertamina, Alfian Nasution mengatakan pembelian minyak murah dari Rusia itu masih dalam tahap kajian. Jika rencana itu jadi dieksekusi, maka menurutnya pembelian minyak dari Rusia minimal sebesar 100 ribu barel per hari (bph).

Karena ini masih tahap kajian, menurutnya besaran riil pembelian jumlah minyak hingga nilai uang yang akan digelontorkan oleh Pertamina belum dapat disampaikan secara detil. Yang terang, kata Alfian, pembelian minyak mentah dari Rusia dilakukan mengingat harganya yang lebih murah di bandingkan dengan pasar internasional.

"Namun tentunya juga kita harus mempertimbangkan berbagai aspek dan ini belum bisa saya update detail perkembangan," kata dia kepada CNBC Indonesia dalam acara Energy Corner, Senin (4/4/2022).


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina NRE Akuisisi 20% Saham Perusahaan EBT Filipina