'Bom' Balas Dendam Putin Beneran Ampuh, Eropa Sampai Pecah!

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Minggu, 10/04/2022 18:30 WIB
Foto: REUTERS/Yuri Kadobnov/Pool

Jakarta, CNBC Indonesia - Siasat Rusia yang menerapan mata uang rubel sebagai alat pembayaran transaksi gas Rusia benar-benar menjadi 'bom' yang ampuh untuk memecah Eropa. Setidaknya senjata ini terbukti berhasil diterapkan ke Hungaria.

Negara Uni Eropa (UE) yang juga anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu menyetujui pembayaran gas Rusia dengan mata uang rubel. Perdana Menteri Viktor Orban mengatakan hal tersebut dalam konferensi pers, Rabu (5/4/2022) waktu setempat, dikutip Minggu.

"Hungaria akan membayar pengiriman dalam rubel jika Rusia memintanya," ujarnya sebagaimana dimuat Reuters.


"Kami sama sekali tidak kesulitan membayar dalam rubel," tegasnya pula ditulis Bloomberg.

Ini memecahkan "persatuan" di antara negara UE, yang menyebut tak menerima keputusan itu. Awal pekan ini Komisi Eropa menegaskan Rusia harus tetap memenuhi kontrak dalam mata yang euro yang sudah disepakati.

Hal sama juga dikatakan Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto. UE, kata dia, tidak memiliki peran dalam kesepakatan pasokan gasnya dengan Rusia, yang didasarkan pada kontrak bilateral antara unit MVM milik negara dan Gazprom, BUMN Rusia.

Sementara itu, guna membalas sanksi Eropa dan AS, Rusia juga akan menerapkan aturan sama ke ekspor utama lain dari negara itu. Ini dikatakan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada televisi pemerintah Channel One Rusia, dikutip Reuters.

"Ini adalah prototipe sistem ... Saya tidak ragu bahwa itu akan diperluas ke kelompok barang baru," tegasnya lagi tanpa memberi detail.

"Sanksi Barat terhadap Rusia telah mempercepat erosi kepercayaan terhadap dolar dan euro."

Rusia memang merupakan pengekspor sejumlah komoditas penting dunia. Tak hanya minyak dan gas tapi juga batu bara hingga sejumlah mineral, seperti platinum, aluminium, hingga pangan seperti gandum.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mau Damai Dengan Ukraina, Rusia Beri Syarat Penyerahan Wilayah