Miris Perih Pedagang Asemka, Omzet Kini Cuma Sepertiga

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Sabtu, 09/04/2022 17:00 WIB
Foto: Pasar Asemka, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Momen Ramadan nyatanya tidak berdampak signifikan bagi pedagang kecil. Misalnya terjadi di pasar Asemka, pasar yang berfokus menjual aksesoris serta alat tulis sekolah ini dulunya kerap disemuti pengunjung, kini kondisinya berbeda.

Hal ini terlihat bahkan sebelum memasuki gedung, dimana pedagang yang biasa berjualan di pinggir jalan pun sudah mengeluh dengan kondisi sekarang, salah satunya Awi yang berjualan handuk di pinggir fly over Asemka.

"Sekarang ngga nentu, sepi juga. Omset nggak nentu, kadang ada kadang ngga. Kalau ada dulu bisa Rp 300-500 ribu per bulan, kalau sepi paling hanya Rp 100 ribu," sebut Awi kepada CNBC Indonesia di samping flyover pasar Asemka, Jumat (8/4/22).


Ia sendiri menjual handuk dengan harga 35 ribu/pc atau jika langsung membeli 3 pcs sekaligus menjadi Rp 100 ribu. Setiap hari Awi berjualan mulai pukul 7 pagi hingga 5 sore.

Tidak jauh dari lokasi berjualan Awi, ada juga Ronianto yang berdagang persis di bawah flyover Asemka. Ia menjual berbagai ATK untuk kebutuhan anak bersekolah. Saat ini penjualannya mengalami penurunan omzet jika dibandingkan momen Lebaran sebelumnya.

"Kalau buku, botol minum tergantung anak sekolah, kalau ngga sekolah buku ngga jalan, sama kaya botol anak untuk sekolah, itu satu jalan. Sekarang susah, paling Rp 4-5 juta sehari juga agak susah. Dulu kalau ramai bisa Rp 15 juta sehari aja," sebutnya kepada CNBC Indonesia di kiosnya.

Foto: Pasar Asemka, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Pasar Asemka, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Masuk ke pasar Asemka, terlihat beberapa toko juga tutup. Pemilik juga menuliskan status aset tersebut tengah disewakan. Odik, Karyawan toko Siti di lantai I Pasar Asemka mengungkapkan bahwa Ramadhan dan Lebaran tahun ini tidak banyak berdampak pada penjualan.

"Biasanya awal puasa naik penjualan, sekitar 1-2 Minggu sebelum puasa lah. Karena kesana pada tutup Lebaran, ekspedisi juga tutup. Makanya omset sekarang paling 5 juta sehari, dulu bisa Rp 15 juta," ungkapnya.

Meski mendapat pemasukan, namun pengeluaran yang menjadi kewajibannya pun tetap besar, mulai dari membayar karyawan hingga sewa dan service charge.

"Kalau ngga jualan minus lebih banyak. Ya bisa 2 juta minus per bulan, puyeng lah kalau diceritain," ungkapnya.

Ia sendiri menjual berbagai aksesoris seperti leontin, kalung hingga gelang. Harganya variatif, misalnya kalung dengan 4rb/pc atau gelang gross sejumlah 144 pcs dengan harga sekitar Rp 120 ribu hingga Rp 150 ribu.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sengketa Pulau Tujuh, Gubernur Babel Gugat Mendagri