Ini Bukti Nyata Negara Kipas-Kipas Duit dari Batu Bara Cs!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Jumat, 08/04/2022 12:55 WIB
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga komoditas tambang, mulai dari batu bara, nikel, tembaga, hingga emas pada kuartal I 2022 ini telah berdampak positif pada penerimaan negara.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi penerimaan negara dari sektor pertambangan mineral dan batu bara, dikutip per 8 April 2022, tercatat mencapai Rp 23,55 triliun, atau sekitar 55,57% dari target penerimaan negara untuk setahun penuh pada 2022 sebesar Rp 42,37 triliun. Ini tentunya kabar baik bagi negeri ini karena baru tiga bulan tahun berjalan, namun realisasi penerimaan negara telah mencapai lebih dari separuh target tahun ini.

Penerimaan negara terlihat terus meningkat setiap bulannya, terutama pada Maret 2022.


Pada Januari 2022, penerimaan negara dari sektor minerba ini tercatat "hanya" sekitar Rp 5,12 triliun. Lalu, pada Februari 2022 penerimaan negara tercatat naik 40% menjadi Rp 7,18 triliun. Kemudian, pada Maret 2022 kembali naik 28% menjadi Rp 9,21 triliun. Sementara pada April hingga 8 April 2022 ini tercatat baru mencapai Rp 2,04 triliun. Jumlah ini masih berpotensi meningkat bila ada pembaruan data.

Kenaikan penerimaan negara, terutama pada Maret 2022 ini juga seiring dengan lonjakan harga komoditas tambang, terutama batu bara. Berdasarkan Kementerian ESDM, kontribusi penerimaan dari sektor minerba ini terbesar berasal dari batu bara, yakni mencapai 70%-80%.

Harga batu bara di pasar internasional terus menanjak sejak awal tahun 2022 ini. Pada awal Januari misalnya, harga batu bara masih di sekitar US$ 130 per ton, lalu menanjak pada pertengahan Februari 2022 menjadi lebih dari US$ 160 per ton, dan semakin meroket ketika serangan Rusia ke Ukraina meletus pada 24 Februari 2022 lalu.

Pada 24 Februari 2022, harga batu bara melonjak menjadi US$ 228 per ton dan terus menanjak hingga mencapai puncaknya pada 2 Maret 2022 yang nyaris US$ 430 per ton. Meskipun setelah itu, harga kembali menurun, namun rata-rata harga batu bara selama Maret 2022 ini masih tinggi yakni berada di kisaran US$ 200 - US$ 300 per ton.

Meroketnya harga batu bara internasional ini turut berdampak pada meningkatnya Harga Batu Bara Acuan (HBA). Pada Maret 2022, HBA RI tercatat mencapai US$ 203,69 per ton atau naik US$ 15,31 per ton dari bulan Februari yang sebesar US$ 188,38 per ton. Bahkan, jauh lebih tinggi dibandingkan HBA pada Januari 2022 yang tercatat sebesar US$ 158,50 per ton.

HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.

Dari sisi produksi batu bara, hingga 8 April 2022 ini tercatat produksi mencapai 144,29 juta ton atau 21,76% dari target produksi tahun ini sebesar 663 juta ton. Kendati demikian, jumlah ini masih bisa terus diperbarui.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menilik Prospek & Tantangan Akselerasi Hilirisasi Minerba

Pages