Kabar Tak Sedap, Perundingan Rusia-Ukraina Belum Ada Kemajuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia mengatakan proses dialog perdamaian dengan Ukraina sejauh ini belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan yang signifikan. Moskow menilai hal ini karena ada campur tangan negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat (AS).
Salah satu hal yang dianggap menghambat perdamaian bagi Rusia adalah soal tuduhan pembantaian warga sipil di kota Bucha, Ukraina. Kyiv dan Barat mengatakan ada bukti, termasuk gambar dan kesaksian saksi yang dikumpulkan.
Di sisi lain, Rusia menolak tuduhan ini dan juga menuduh Barat berusaha menggagalkan pembicaraan damai dengan Ukraina dengan memicu histeria.
"Satu-satunya hal yang dapat saya katakan adalah bahwa pekerjaan (dalam pembicaraan) terus berlanjut. Namun masih ada jalan panjang di depan. Proses pekerjaan sedang berlangsung tetapi ini terseret lebih dari yang kita harapkan," ujar Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov dikutip Reuters, Rabu (6/4/2022).
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada hari Selasa bahwa Moskow percaya tuduhan kejahatan perang waktunya untuk menggagalkan proses negosiasi.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan Kedutaan Besar Rusia di Indonesia, Kremlin justru menuduh figur Neo Nazi Ukraina yang juga anggota Batalyon Azov, Sergey Korotkih, menjadi dalang dari kejadian ini.
"Ia yang memberikan perintah untuk menembak orang tanpa ada tanda khusus, yaitu warga sipil biasa," tulis keterangan itu.
Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya operasi khusus untuk menurunkan kemampuan militer tetangga selatannya serta membasmi orang-orang yang disebutnya nasionalis berbahaya layaknya Nazi.
Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras. Perjuangan menghentikan Rusia ini juga mendapat sokongan Barat yang menjatuhkan deretan sanksi kepada Moskow agar serangan ini dihentikan.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
