
Buah Simalakama Jerman 'Buang' Gas dan Minyak Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Jerman berencana menghentikan penggunaan minyak dan gas dari Rusia. Hal ini dilakukan untuk terus menekan Moskow terkait serangannya ke Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Keuangan Christian Lindner mengatakan Rabu (6/4/2022) bahwa pemerintahnya masih mencari jalan transisi terbaik untuk melakukan hal ini. Pasalnya, Jerman sangat bergantung pada sumber energi dari Rusia sehingga bila penghentian dilakukan segera maka akan ada dampak ekonomi yang sangat berbahaya.
"Pertanyaannya adalah, pada titik mana kita lebih merugikan Putin daripada diri kita sendiri? Bagaimanapun, kami mengejar strategi yang tidak dapat kami pertahankan selama beberapa Minggu, tetapi mungkin selama bertahun-tahun," kata Lindner dalam sebuah wawancara dengan Die Zeit.
"Jika saya hanya bisa mengikuti kata hati saya, akan ada embargo langsung pada semuanya. Namun, diragukan bahwa ini akan menghentikan mesin perang dalam jangka pendek," tambahnya.
Hal ini sendiri menyambung pernyataan Menteri Pertahanan Christine Lambrecht yang sebelumnya mengatakan ini merupakan saat yang tepat bagi negaranya untuk merencanakan larangan impor gas Rusia meski Negeri Beruang Putih itu merupakan penyuplai gas terbesar ke Benua Biru dengan proporsi sekitar 40%.
Sementara itu, Uni Eropa (UE) sejauh ini telah mengumumkan rencananya untuk memberlakukan paket sanksi kelima terhadap Rusia termasuk larangan impor batu bara Rusia.
"Sanksi ini tidak akan menjadi sanksi terakhir kami. Seperti yang saya katakan kemarin. Ya, sekarang kami melarang batu bara, tetapi sekarang kami harus melihat ke minyak," kata Ketua UE, Ursula Von der Leyen.
Seruan untuk menjatuhkan sanksi larangan impor gas Rusia semakin kencang dibicarakan. Pasalnya dalam kejadian terbaru di Ukraina pasukan Moskow dilaporkan telah melakukan pembantaian terhadap masyarakat sipil di kota Bucha.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid Eropa 'Gawat': Kasus Jerman Naik, Kematian Rusia Rekor