Saat Minyak Murah, Kok Harga BBM Tak Turun? Ini Jawabannya!

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
04 April 2022 16:07
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu Saat Konferensi Pers APBN KITA September 2021. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)
Foto: Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu Saat Konferensi Pers APBN KITA September 2021. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia sebagai negara net importir minyak mentah dunia akan selalu tergantung terhadap gejolak harga minyak mentah dunia.

Biasanya di tengah harga dunia yang sedang tinggi, harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri akan dengan cepat menyesuaikan. Namun, sebaliknya, jika harga minyak mentah dunia jatuh, harga BBM justru tak ikut turun. Kenapa demikian?

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan, bahwa selama ini harga BBM di tanah air yang selama ini diterima masyarakat tidak pernah sesuai dengan nilai keekonomiannya.

Misalnya, saat ini harga Pertamax dipatok naik menjadi Rp 12.500 - Rp 13.000 per liter dari sebelumnya hanya Rp 9.000 - Rp 9.400 per liter, yang sebenarnya nilai keekonomiannya adalah mencapai Rp 16.000 per liter.

"Karena hampir tidak pernah harga di SPBU itu di atas harga keekonomian. Jadi memang selalu harga kita adalah harga yang di bawah harga keekonomian," jelas Febrio dalam media briefing, Senin (4/4/2022).

Selama ini, pemerintah menyalurkan subsidi energi lewat PT Pertamina (Persero) atas selisih harga jual BBM ke masyarakat dengan harga sesuai nilai keekonomiannya. Tujuannya, untuk menjaga daya beli masyarakat agar pengeluaran tidak terlalu besar.

Oleh karena itu, ketika harga minyak dunia turun, harga BBM tidak serta merta langsung turun. Karena, saat harga minyak dunia turun, nilainya tidak benar-benar menutup besaran anggaran subsidi energi dari pemerintah untuk menyesuaikan nilai keekonomian harga BBM tersebut.

"Pernah beberapa bulan di tahun tertentu, waktu di 2020, ketika harga minyak bumi jauh sekali turunnya, itu ada beberapa bulan, tapi tidak lama balik ke mekanisme subsidi, balik ke mekanisme harga yang diberikan ke masyarakat itu lebih rendah dari harga keekonomiannya," jelas Febrio.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan akan terus memantau perkembangan dan dampak kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap bahan bakar minyak (BBM).

Hingga akhir Maret 2022, harga minyak dunia masih terpantau di atas US$ 100 dollar per barel. Tingginya harga minyak dunia pun membuat Kementerian ESDM memperkirakan harga keekonomian atau batas atas BBM RON 92 atau setara Pertamax menjadi sebesar Rp 16.000 per liter pada April 2022. Angka itu naik dari harga keekonomian di bulan ini yang sebesar Rp 14.526 per liter.

Harga keekonomian BBM RON 92 atau setara Pertamax tersebut berdasarkan formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis BBM Umum. Adapun dalam menghitung harga keekonomian, mempertimbangkan realisasi perkembangan harga bulan sebelumnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erick Thohir: Bukan tak Mungkin Harga Pertamax Bisa Naik Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular