Harga Pertamax Naik, Kuota Pertalite Perlu Ditambah?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
01 April 2022 17:05
Suasana pengisian BBM di SPBU Bojongsari, Jawa Barat, Jumat (14/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana pengisian BBM di SPBU Bojongsari, Jawa Barat, Jumat (14/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) telah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis bensin Pertamax (RON 92) per hari ini, Jumat, 1 April 2022.

Harga Pertamax naik menjadi Rp 12.500 per liter dari sebelumnya Rp 9.000 per liter.

Usai kenaikan harga Pertamax ini, beberapa warga sempat mengeluhkan kesulitan memperoleh bensin Pertalite (RON 90). Bahkan, beberapa SPBU di daerah Tangerang Selatan terpantau mengalami kehabisan stok Pertalite.

Kondisi ini dinilai perlu diantisipasi Pertamina dan pemerintah. Bahkan, tak menutup kemungkinan agar kuota Pertalite ditambah.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai kenaikan harga Pertamax perlu diantisipasi oleh pemerintah. Mengingat, hal ini sudah pasti akan berdampak pada adanya perpindahan dari pengguna Pertamax ke Pertalite.

Apalagi, disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite sekarang ini hampir Rp 5.000 per liter. Seperti diketahui, harga bensin Pertalite saat ini masih dibanderol sebesar Rp 7.650 per liter.

Oleh sebab itu, guna mengantisipasi jebolnya kuota penyaluran BBM jenis Pertalite tahun ini, menurutnya setidaknya pemerintah perlu menambah kuota Pertalite hingga Desember mendatang.

Seperti diketahui, tahun ini pemerintah menetapkan kuota Pertalite sebesar 23,05 juta kilo liter (kl).

"Antisipasinya, semestinya pemerintah mencadangkan tambahan subsidi untuk Pertalite yang permintaannya akan bertambah, dan meminta Pertamina untuk menambah suplai Pertalite," ujarnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (01/04/2022).

Sementara itu, Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman tak menampik bahwa perpindahan dari pengguna Pertamax ke Pertalite berpotensi terjadi. Apalagi, harga jual kedua produk BBM ini memiliki selisih harga (gap) yang cukup jauh.

Meski begitu, dia optimistis, masih banyak konsumen yang akan tetap bertahan menggunakan produk Pertamax, terutama bagi mereka yang memang memilih karena preferensi kualitas BBM.

"Kita lihat dulu apa benar harga naik dan berapa naiknya, semoga tidak tinggi-tinggi amat," ujarnya.

Seperti diketahui, kuota BBM jenis Solar subsidi dan bensin Pertalite pada tahun ini diperkirakan akan jebol.

Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi BBM jenis Solar subsidi dan Pertalite hingga Februari 2022 telah melampaui kuota yang ditetapkan.

Untuk Pertalite, pemerintah telah menetapkan kuotanya pada tahun ini sebesar 23,05 juta kilo liter (kl). Namun, realisasi penyaluran Pertalite sampai Februari 2022 telah mencapai 4,258 juta kl atau melampaui 18,5% terhadap kuota (year to date/ ytd).

"Estimasi overkuota Pertalite 15% atau 26,5 juta kl dari kuota yang ditetapkan 23,05 juta kl," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (29/3/2022).

Kementerian ESDM telah resmi menetapkan BBM jenis bensin Pertalite (RON 90) yang dijual PT Pertamina sebagai Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP).

Ketetapan tersebut dituangkan dalam Keputusan Menteri ESDM No 37.K/HK.02/MEM.M/2022 tentang JBKP yang ditetapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 10 Maret 2022 lalu. Dampaknya, pemerintah akan memberikan kompensasi kepada Pertamina atas selisih harga jual dan harga keekonomian Pertalite.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BPH Migas Tunggu Arahan Pemerintah 'Suntik Mati' BBM Premium

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular