
Putin Kabarnya "Tersesat" soal Ukraina, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Intelijen Barat memberikan kabar terbaru soal Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden 69 tahun itu disebut telah disesatkan oleh pemimpin militernya soal hasil serangan Rusia ke Ukraina.
Mereka menyebut militer tidak memberikan informasi sebenarnya soal "serangan yang gagal" di Ukraina. Para jenderal kemungkinan takut membuat Putin marah.
"Kami memiliki informasi bahwa Putin disesatkan oleh militer Rusia, yang telah mengakibatkan ketegangan terus-menerus antara Putin dan kepemimpinan militernya," kata Direktur Komunikasi Gedung Putih Kate Bedingfield, dikutip CNBC International, Kamis (31/3/2022).
"Kami percaya bahwa Putin telah mendapatkan info yang kurang akurat dari para penasihatnya tentang seberapa buruk kinerja militer Rusia dan bagaimana ekonomi Rusia dilumpuhkan oleh sanksi karena penasihat seniornya terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya kepadanya."
Hal sama juga dipertegas Pentagon. Namun Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS John Kirby tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Seorang diplomat senior Eropa mengatakan penilaian AS sejalan dengan pemikiran Eropa. Putin, kata dia, mungkin menganggap serangannya berhasil di Ukraina.
"Putin berpikir segalanya berjalan lebih baik daripada sebelumnya. Itulah masalahnya, karena diri Anda (Putin) dikelilingi "yes man" atau hanya duduk bersama mereka yang berada di ujung meja yang sangat panjang," kata sumber itu.
Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari. Namun hingga kini pasukan Rusia tak kunjung bisa menguasai Kyiv.
Selasa lalu, setelah negosiasi dilakukan dengan Ukraina secara tata muka dilakukan di Turki, Rusia mengatakan akan menarik pasukan di Kyiv. Namun dari pemberitaan koresponden CNN International, baku tembak masih terdengar.
Dari data PBB, seribu lebih orang tewas karena perang ini. Hampir 4 juta warga mengungsi.
Di awal Maret, sebuah laporan menyebut pemerintah Rusia menghabiskan setidaknya US$ 20 miliar atau setara Rp 288 triliun per harinya dalam serangan ke Ukraina. Hal ini diungkapkan oleh lembaga riset Centre for Economic Recovery yang dibantu dua konsultan bisnis, Civitta dan EasyBusiness.
Peperangan telah membuat harga komoditas energi melonjak. Dunia pun waspada krisis pangan, mengingat sejumlah bahan pangan utama berasal dari Rusia dan Ukraina.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Kekuasaan Vladimir Putin di Rusia Tak Pasti, Ada Apa?
