
Sederet Bisnis Ini Akhirnya Pulih dari Krisis, Cek Faktanya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan mencatat, penerimaan pajak pada Februari 2022 mencapai Rp 199,4 triliun atau tumbuh 36,5% secara tahunan (year on year/yoy) atau telah terealisasi 15,8% dari target APBN 2022 yang sebesar Rp 1.265 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan terdapat tiga sektor yang menjadi kontributor penerimaan pajak dalam dua bulan pertama di tahun ini. Di antaranya yakni industri pengolahan, industri perdagangan, dan industri pertambangan.
"Tiga sektor ini adalah yang sangat terpukul berat dan terlihat adanya pemulihan yang cukup robas," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip Rabu (30/3/2022).
Sri Mulyani merinci, industri pengolahan atau manufaktur menjadi kontributor tertinggi sebesar 29,1% dari total penerimaan pajak. Pada Januari 2022 tumbuh 54% dan pada Februari tumbuh 23%. "Namun masih double digit dan kuat," jelas Sri Mulyani.
![]() Dok. APBN |
Kemudian industri perdagangan tumbuh 23,1%, lebih kecil dibandingkan pertumbuhan 54% pada bulan Januari 2022. Menyusutnya penerimaan ini dipengaruhi adanya penurunan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri industri tembakau.
Industri perdagangan menjadi kontributor kedua terbesar dengan porsi mencapai 25,8%. Penerimaan pajak dari industri perdagangan mencapai 49,9% (yoy) atau 50,1% (year to date/ytd) secara kumulatif.
Selanjutnya, industri pertambangan juga menjadi kontributor terbesar pada Februari 2022, dengan porsi 6,8% dari total penerimaan pajak. Dalam dua bulan awal di tahun 2022, penerimaan pajak dari industri ini tumbuh masing-masing 246,6% pada Januari 2022 dan 150,4% pada Februari 2022.
Realisasi penerimaan dari industri pertambangan tersebut melambat dibandingkan dengan Januari 2022 karena terdapat pembayaran yang tidak berulang di bulan Februari 2022. Tapi secara kumulatif, penerimaan pajak dari pertambangan tumbuh 195,4% (ytd), terjadi pembalikan dari -0,2% (ytd) di tahun sebelumnya.
"Selama Covid-19, tahun lalu masih mengalami kondisi berat, baik karena kegiatan berhenti atau komoditas drop dan baru pulih pada kuartal terakhir tahun 2021. Sekarang di awal tahun 2022, pertambangan mengalami kenaikan harga komoditas," jelas Sri Mulyani.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tarif Baru! Gaji Rp 10 Juta Pajaknya Berapa Bu Sri Mulyani?