Kebangetan! Bikin Ngamuk Jokowi, RI Masih Impor Traktor
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo kembali meledak gara-gara barang impor. Saat memberikan arahan aksi afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat (25/3/2022), Presiden pun mengeluarkan ultimatum.
Sepertinya, Presiden menahan kejengkelannya setelah mengikuti acara menanam jagung sehari sebelumnya di Atambua. Dalam kegiatan tersebut, Presiden mengaku kaget menemukan traktor dan alat mesin pertanian (alsintan).
"Saya kemarin dari Atambua nanam jagung. Saya lihat ada traktor, ada alsintan saya lihat, aduh! Nggak boleh pak Menteri nggak boleh," kata Presiden di hadapan menteri, kepala lembaga, kepala daerah, dan badan usaha milik negara (BUMN).
"Alsintan, Menteri Pertanian traktor-traktor kayak gitu bukan high tech aja impor. Jengkel saya!," lanjutnya.
Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia AB2TI Dwi Andreas Santosa membenarkan bahwa masih banyak alsintan yang justru hasil impor. Padahal, sebenarnya RI mampu membuatnya sendiri.
"Sebagian besar masih impor, sebenarnya sangat disayangkan karena produk-produk Indonesia sudah banyak yang memproduksi alat dan mesin pertanian, seperti traktor tangan bahkan combine harvester ada yang bisa produksi," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (28/3/22).
Hal itu menjadi bukti bahwa produsen di Indonesia mampu memproduksi alsintan sendiri. Beberapa anggotanya di AB2TI pun sudah membuat alsintan sendiri untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya.
"Komponen dalam negeri sudah mulai meningkat. Nggak semua bisa kita produksi 100%, sebagian komponen kita impor. Tapi alsintan kita sekitar 40-80% sudah masuk komponen dalam negeri, jadi per mesin kira-kira 40-80% merupakan produksi nasional, sedangkan sisanya impor," jelas Dwi yang juga guru besar IPB.
Melihat kemampuan tersebut, maka seharusnya pemerintah melalui Kementerian dan Dinas yang berwenang berpihak pada produk local, alhasil perlu ada political will yang jelas.
"Dalam arti kita melihat kita mampu, apalagi kalau ada bantuan pemerintah, proyek pemerintah harusnya produksi dalam negeri, bukan yang impor," sebutnya.
(dce/dce)