Solar Subsidi Langka, Bos Pertamina Usulkan Kuota Ditambah

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
28 March 2022 17:27
Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak pada kendaraan di salah satu SPBU dikawasana Cikini, Jakarta Pusat, Senin (2/4/2018).
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mengusulkan kepada pemerintah dan DPR RI untuk menambah kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk jenis Solar subsidi pada tahun ini.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, usulan penambahan kuota ini dipicu karena penyaluran Solar subsidi secara nasional per Februari telah melebihi sekitar 10% dari kuota yang telah ditetapkan pemerintah.

Menurut Nicke, pertumbuhan ekonomi nasional saat ini cukup berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi BBM jenis Solar subsidi. Namun demikian, kuota Solar bersubsidi pada 2022 justru lebih rendah dibandingkan kuota tahun lalu.

"Jadi demand naik 10% tapi dari sisi suplainya kuota turun 5%. Oleh karena itu, kami nanti mohon dukungan jika memang Solar subsidi bisa meningkatkan lagi pertumbuhan ekonomi, kuotanya perlu disesuaikan agar sesuai kebutuhan," ungkap Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (28/3/2022).

Kuota Solar subsidi pada 2022 ini ditargetkan sebesar 14,9 juta kilo liter (kl) di mana alokasi untuk penyaluran Pertamina sebesar 14,05 juta kl. Namun, Nicke memproyeksikan, permintaan Solar subsidi pada tahun ini akan naik hingga 16 juta kl.

Nicke membeberkan kelangkaan Solar bersubsidi sendiri terjadi salah satunya disebabkan oleh selisih harga jual dengan Solar non subsidi yang semakin jauh. Setidaknya, selisih harga Solar bersubsidi dan non subsidi angkanya saat ini telah mencapai Rp 7.800 per liter.

"Ini yang mendorong shifting konsumsi juga. Kami lakukan pengendalian dan monitoring di lapangan. Volume jatah diturunkan, gap harga tinggi," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat penyaluran BBM jenis Solar subsidi telah melebihi kuota.

Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah adanya lonjakan permintaan karena gap harga antara solar subsidi dan non subsidi terlalu jauh.

Direktur BBM BPH Migas, Alfon Simanjuntak mengatakan, bahwa perbedaan harga solar bersubsidi dengan harga solar non subsidi saat ini menjadi salah satu faktor penyaluran solar subsidi melebihi kuota pada Februari 2022.

"Salah satu faktor itu (harga)," kata Alfon kepada CNBC Indonesia, Kamis (24/3/2022).

Selain itu, faktor berikutnya yakni pengaturan mengenai siapa konsumen pengguna yang berhak, masih harus diperjelas lagi. Mengingat, sejauh ini belum terlalu detail.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Bakal Boncos Gegara Pertamax?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular