Jreng.. Raksasa Migas China Setop Sementara Proyek Rusia!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Jumat, 25/03/2022 21:07 WIB
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China sektor minyak dan gas bumi, Sinopec Group, telah menangguhkan pembahasan soal pembangunan pabrik petrokimia senilai US$ 500 juta di Rusia dan rencana pemasaran gas Rusia di China, seiring dengan kekhawatiran akan sanksi dari negara-negara Barat akibat serangan Rusia ke Ukraina, dikutip dari Reuters, Jumat (25/03/2022).

Langkah perusahaan kilang minyak terbesar di Asia ini menandai adanya potensi risiko besar dari sanksi negara Barat yang tak terduga, meskipun Rusia juga merupakan mitra diplomatik terpenting China.

China memang telah berulang kali menyuarakan penentangan terhadap sanksi Barat terhadap Rusia, bersikeras akan mempertahankan pertukaran ekonomi dan perdagangan yang normal dengan Rusia, dan telah menolak untuk mengutuk tindakan Moskow di Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi.


Namun di balik layar, Pemerintah China rupanya tetap mewaspadai perusahaan China yang melanggar sanksi - pemerintah menekan perusahaan untuk melangkah hati-hati dengan investasi di Rusia, pemasok minyak terbesar kedua dan penyedia gas terbesar ketiga dunia.

"Perusahaan akan secara kaku mengikuti kebijakan luar negeri Beijing dalam krisis ini," kata seorang eksekutif di sebuah perusahaan minyak negara ini, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/03/2022).

"Tidak ada ruang sama sekali bagi perusahaan untuk mengambil inisiatif dalam hal investasi baru," lanjutnya.

Kementerian Luar Negeri China bulan ini memanggil pejabat dari tiga perusahaan energi untuk meninjau hubungan bisnis mereka dengan mitra Rusia dan operasi lokal, kata dua sumber yang mengetahui pertemuan tersebut. Salah satunya mengatakan bahwa Kementerian mendesak mereka untuk tidak melakukan tindakan gegabah membeli aset Rusia.

Perusahaan-perusahaan tersebut telah membentuk satuan tugas untuk masalah-masalah terkait Rusia dan sedang mengerjakan rencana darurat untuk gangguan bisnis dan dalam kasus sanksi sekunder, kata sumber Reuters.

Pada mulanya, Sinopec berencana untuk bekerja sama dengan Sibur, produsen petrokimia terbesar Rusia, untuk sebuah proyek yang mirip dengan Kompleks Kimia Gas Amur senilai US$ 10 miliar di Siberia Timur, 40% dimiliki oleh Sinopec dan 60% oleh Sibur. Ditargetkan pabrik ini akan mulai beroperasi pada tahun 2024.

"Perusahaan ingin meniru usaha Amur dengan membangun yang lain dan berada di tengah pemilihan lokasi," kata sumber Reuters.

Sinopec berhenti sejenak setelah menyadari bahwa pemegang saham minoritas Sibur dan anggota dewan Gennady Timchenko telah diberi sanksi oleh Barat, kata sumber itu. Uni Eropa dan Inggris bulan lalu memberlakukan sanksi terhadap Timchenko, sekutu lama Presiden Rusia Vladimir Putin, dan miliarder lain yang memiliki hubungan dengan Putin.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekspansi Elnusa, Mini LNG Plant - Incar Lapangan Migas Irak