
Harga Minyak Melejit, Pengusaha Pengeboran: Ini Kutukan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia yang saat ini telah tembus di atas US$ 100 per barel rupanya bukan merupakan angin segar bagi para pelaku usaha jasa pengeboran minyak dan gas bumi (migas) di Tanah Air. Sebaliknya, kondisi ini malah dianggap sebagai kutukan, kok bisa?
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pemboran Minyak, Gas, dan Panas Bumi Indonesia (APMI) Suprijonggo Santoso menjelaskan, kenaikan harga minyak yang tembus di atas US$ 100 bukan angin segar bagi para pelaku usaha karena kontrak telah diteken bersama para perusahaan migas di saat minyak di harga US$ 40 per barel.
"Harga minyak naik, buat kami ini justru kutukan, karena kontrak kita waktu itu di harga minyak US$ 40 per barel, sekarang harga sudah US$ 120," kata dia dalam acara Drilling Summit Expo 2022, Kamis (24/3/2022).
Kenaikan harga minyak dunia juga telah mengerek beberapa komoditas pendukung kegiatan pengeboran. Hal ini lantas tambah membuat perusahaan pengeboran makin menjerit.
"Semua biaya naik, harga solar naik. Tapi kita gak bisa apa-apa karena sudah ada kontrak dengan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama/ produsen migas)," katanya.
Dia pun meminta agar diberikan insentif berupa kenaikan Tarif Harian Operasi (THO). Pasalnya, hal ini bukan hanya semata-mata untuk kepentingan perusahaan jasa pengeboran, namun juga upaya dalam mendukung capaian target produksi melalui pengeboran sumur.
Meski demikian, dia membeberkan masih ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan pengeboran hulu migas di Indonesia. Beberapa di antaranya seperti berkurangnya perusahaan jasa penunjang pengeboran dari 245 di tahun 2014 menjadi "hanya" 67 di tahun 2022.
Kemudian, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, khususnya solar/diesel. Lalu, kenaikan biaya operasional berupa material, personil, transportasi, dan kesehatan. Berikutnya, tantangan dari adanya pandemi covid-19, dan kurangnya informasi akan rencana pekerjaan pengeboran.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas
