Sri Mulyani Akui Kini Masa Sulit, Rakyat Diguncang 'Badai'

MAIKEL JEFRIANDO & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 24/03/2022 09:25 WIB
Foto: Chairiman CT Corp Chairul Tanjung dan Menteri Keuangan Sri Mulyani di acara CNBC Indonesia Economic Outlook (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati menyadari situasi sulit yang harus dihadapi negara akibat kondisi global yang memburuk. Masyarakat pun akhirnya terkena imbasnya.

"Ini memang masa-masa pasti masyarakat mengalami goncangan. Kita melihat ini masa yang sulit sekali," ungkapnya dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2022.


Situasi global yang dimaksud adalah arah perubahan kebijakan moneter negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang sudah menaikkan suku bunga acuan. Hal ini jelas membuat guncangan pada pasar keuangan yang pada akhirnya membuat rupiah melemah.

Pada saat yang sama juga ada perang antara Rusia dan Ukraina yang membuat lonjakan harga komoditas internasional. Ada untung rugi bagi persoalan tersebut bagi Indonesia. Kerugian akan dirasakan masyarakat sebab membuat harga sembako menjadi lebih mahal. Seperti kedelai hingga minyak goreng.

Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan tengah menyiapkan strategi untuk mengatasi badai besar tersebut. Karena kalau tidak diatasi secara terukur, akan mengorbankan masyarakat.

Salah satu strategi yang akan ditempuh, salah satunya adalah mempercepat pencairan bantuan sosial (Bansos), yang penyalurannya langsung dari APBN.

Bansos, kata Sri Mulyani menjadi bantalan sosial untuk masyarakat dalam mengatasi tekanan daya beli masyarakat. Dengan begitu, pemulihan ekonomi yang masih tertatih-tatih bisa dipacu.

Dalam mengatasi efek domino yang memicu syok di pasar, adalah dengan menahan kenaikan administered price atau harga yang diatur pemerintah, seperti BBM dan listrik. Karena itu, ujar dia, pemerintah pun belum menaikkan tarif listrik.

"Karena kalau kenaikan komoditas ini langsung di passover ke masyarakat, konsumsi akan langsung jeblok," jelasnya.

Di sisi lain, lanjut dia, subsidi untuk konsumsi juga tidak bisa serta merta ditempuh karena menyangkut banyaknya rantai produsen dan distribusi. Yang terpencar di 30 ribuan pasar.

"Pendekatannya adalah menaikkan bantalan sosial ke kelompok penerima. Karena saat pandemi itu syoknya adalah kehilangan pekerjaan, sekarang syoknya data beli tertekan. Untuk itu, akan ada tambahan bansos. Kami baru rapat, akan dipercepat," ungkap Sri Mulyani.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AMRO Ungkap Risiko Pembengkakan Rasio Utang RI Terhadap PDB