Lebih Rendah! IMF Kini Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,4% di 2022

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
23 March 2022 09:35
The International Monetary Fund (IMF) logo is seen outside the headquarters building in Washington, U.S., as IMF Managing Director Christine Lagarde meets with Argentine Treasury Minister Nicolas Dujovne September 4, 2018. REUTERS/Yuri Gripas
Foto: Logo Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari 5,6% menjadi 5,4%. Seiring dengan tingginya kondisi ketidakpastian global.

Demikianlah dikutip CNBC Indonesia dari Laporan IMF Article IV Consultation, Rabu (23/2/2022).

Ramalan tersebut sebenarnya masih lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yang sebesar 5,2%. Sementara untuk 2023, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai level 6%.

Sederet risiko memang mempengaruhi ekonomi tanah air, terutama dari sisi global. Seperti lonjakan inflasi negara maju dan berkembang, perubahan arah kebijakan moneter negara maju seperti AS, hingga perang Ukraina dan Rusia.

Namun di sisi lain ada efek lonjakan harga komoditas internasional, seperti batu bara, nikel, minyak kelapa sawit dan lainnya yang memberikan efek positif terhadap perekonomian, juga pendapatan pemerintah dan dunia usaha.

Sedangkan dari dalam negari sendiri, kondusi relatif terjaga, Terlihat dari penanganan kasus covid-19 yang kini melandai, pemulihan ekonomi yang berlanjut dan kondisi eksternal ekonomi yang semakin baik.

"Kami menganggap bahwa akan tepat untuk secara bertahap menghapus dukungan kebijakan luar biasa yang digunakan selama pandemi dan mendorong pihak berwenang untuk terus maju dengan reformasi struktural," tulis IMF.

Hal ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah untuk mengembalikan defisit anggaran kembali pada level 3% terhadap PDB pada 2023. Bank Indonesia (BI) juga sudah memastikan burden sharing juga akan berakhir pada tahun ini.

"Bank Indonesia terus mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pemulihan ekonomi nasional. Sinergi kebijakan dengan otoritas terkait terus dilakukan, khususnya dalam rangka akselerasi vaksinasi, pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif, dan upaya mendorong peningkatan pembiayaan pada sektor-sektor prioritas," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulisnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IMF: Krisis Sudah Lewat Tapi Bekas Lukanya Mengkhawatirkan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular