Economic Outlook 2022

Investasi Asing di Pabrik Nikel Cs Bisa Cepat Terwujud, Asal?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 22/03/2022 17:35 WIB
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana pemerintah mendorong pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter di Indonesia bakal segera terwujud. Dengan catatan, berbagai insentif fiskal dan non fiskal dapat digelontorkan ke investor.

Hal tersebut diungkapkan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (22/3/2022).

Tony menjelaskan bahwa tantangan utama dalam proses pembangunan smelter yaitu terkait isu pendanaan dan fasilitas. Pasalnya, bisnis ini merupakan industri yang padat modal.


Oleh sebab itu, menurutnya pemberian insentif dari pemerintah sangat berperan besar dalam merealisasikan proyek smelter ini. Namun sayangnya, Tony tak merinci insentif seperti apa yang dimaksud.

"Ini adalah industri yang padat modal yang juga memerlukan insentif dari pemerintah. Insentifnya banyaklah ada insentif fiskal, non fiskal, sehingga program ini bisa lebih menarik investasi dari banyak pihak dari luar," kata dia dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (22/3/2022).

Tony mencatat, setidaknya sudah ada lebih dari lima perusahaan besar yang menyatakan komitmennya dalam pembangunan proyek smelter. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong percepatan realisasi investasi dengan berbagai insentif.

Foto: PT Freeport
PT Freeport

Namun, selain insentif, dukungan dari pemerintah daerah dalam menyukseskan pembangunan proyek smelter juga tak kalah penting. Ia pun mengharapkan agar beberapa daerah yang ada di Indonesia dapat mendukung para investor dalam merealisasikan proyek ini, seperti halnya proyek smelter tembaga yang saat ini tengah dibangun oleh PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur.

"Tapi tentu saja sekarang ini dengan sistem perizinan yang banyak diberikan kewenangan kepada Kementerian Investasi itu akan lebih memudahkan sistem perizinan dibandingkan yang lalu," ujarnya.

Ia mencontohkan bahwa beberapa investor sudah mulai tertarik untuk terjun ke bisnis hilirisasi tambang di Indonesia. Misalnya di Sulawesi, dengan banyaknya pabrik nikel yang mulai beroperasi dan wilayah lain seperti Kalimantan.

"Kalau ini sudah tumbuh menjadi industri yang integrated akan memiliki nilai tambah yang real, dapat dirasakan tidak hanya oleh pelaku usaha tapi oleh masyarakat selaku pengguna akhir dari produk-produk tersebut," ujarnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Polemik Tambang Nikel Raja Ampat, Bahlil Ungkap "Titah" Prabowo