Internasional

Nah Lho! Uni Eropa Terpecah Soal Sanksi untuk Minyak Rusia

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 March 2022 11:45
uni eropa
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Para menteri luar negeri Uni Eropa (UE) terpecah. Ada negara yang tidak setuju dengan sanksi pada sektor energi Rusia, tetapi ada juga yang ingin mempercepatnya.

Sebagaimana diketahui, Uni Eropa dan sekutunya telah memberlakukan tindakan besar dan kuat terhadap Rusia, termasuk membekukan aset bank sentralnya.

Namun untuk menargetkan ekspor energi Rusia, seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris, adalah pilihan yang memecah belah bagi 27 negara UE, yang 40% diantaranya bergantung pada gas Rusia.

Tetapi beberapa dari mereka yang menginginkan Uni Eropa untuk melangkah lebih jauh dalam memberi sanksi kepada Rusia.

"Mengapa Eropa harus memberi Putin lebih banyak waktu untuk mendapatkan lebih banyak uang dari minyak dan gas? Lebih banyak waktu untuk menggunakan pelabuhan Eropa? Lebih banyak waktu untuk menggunakan bank-bank Rusia yang tidak memiliki sanksi di Eropa? Saatnya untuk menghentikannya," kata Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis di Twitter.

Meski begitu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pada konferensi pers bahwa sementara blok itu akan "terus mengisolasi Rusia", keputusan konkret akan dibuat kemudian.

Seorang diplomat Uni Eropa mengatakan beberapa berharap Uni Eropa akan menemukan sumber energi alternatif yang cukup untuk secara serius mempertimbangkan embargo minyak pada Juni mendatang. Belum ada tanggal yang disepakati, dan negara-negara Uni Eropa lainnya mungkin memiliki target yang berbeda.

Jerman dan Belanda mengatakan UE bergantung pada minyak dan gas Rusia dan tidak dapat memutuskan embargo sendiri sekarang.

"Pertanyaan embargo minyak bukanlah pertanyaan apakah kita menginginkan atau tidak menginginkannya, tetapi pertanyaan tentang seberapa besar kita bergantung pada minyak," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock kepada wartawan.

"Jerman banyak mengimpor (minyak Rusia), tetapi ada juga negara-negara anggota lain yang tidak dapat menghentikan impor minyak dari satu hari ke hari lainnya," katanya, seraya menambahkan bahwa blok tersebut seharusnya berupaya mengurangi ketergantungannya pada Moskow untuk kebutuhan energinya.

Sementara sanksi potensial lainnya yang sedang dibahas termasuk menutup celah pada dana perwalian yang digunakan oleh oligarki, menambahkan nama baru ke daftar sanksi, menghentikan kapal Rusia dari berlabuh di pelabuhan UE, dan memotong lebih banyak akses bank ke sistem pesan global SWIFT.

Semua ini akan dibahas lagi pada Kamis, ketika Presiden AS Joe Biden akan berada di Brussel untuk melakukan pembicaraan dengan 30 anggota aliansi transatlantik NATO, Uni Eropa, dan anggota Kelompok Tujuh (G7) termasuk Jepang, yang dirancang untuk memperkuat tanggapan Barat terhadap Rusia.

Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, menyebutnya sebagai "operasi khusus" untuk mendemiliterisasi Ukraina dan membersihkannya dari nasionalis berbahaya. Ukraina dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk agresi.


(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Rusia Laris Manis, 'Musuh' Putin Jilat Ludah Sendiri?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular