
Waduh! Resesi Seks Hampiri Asia, Begini Dampaknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi seks kini telah menghampiri Asia, ditandai dengan menyusutnya ukuran rumah tangga. Kondisi itu turut memberi dampak pada kegiatan ekonomi masyarakat yang sejatinya terus berubah.
Adapun, resesi seks mengacu pada 'kemerosotan' hubungan seks yang berimplikasi pada rendahnya keinginan untuk memiliki anak dalam sebuah keluarga. Tak hanya itu, keinginan menikah pun sejatinya bakal surut di tengah resesi seks tersebut.
Mengutip ulasan dari McKinsey & Company, ciri-ciri resesi seks tersebut menjadi salah satu aspek dalam lonely economy, istilah yang dipakai untuk menggambarkan kegiatan ekonomi yang didorong oleh masyarakat yang cenderung hidup menyendiri.
Bahkan, mengutip data Statista, rata-rata jumlah orang dalam sebuah rumah tangga terus menyusut. Sebaliknya, rumah tangga berisi satu orang, atau yang melajang, makin banyak.
"Pergeseran demografis yang signifikan ini mengubah pola permintaan," tulis Mckinsey yang dikutip CNBC Indonesia pada Selasa (22/3/2022).
Meningkatnya jumlah orang yang lebih memilih hidup sendiri telah mendorong penguatan fenomena hewan peliharaan. Kepemilikan hewan peliharaan tercatat melonjak di seluruh Asia.
Dalam 5 tahun terakhir, jumlah hewan peliharaan di China, Singapura, dan Thailand masing-masing melonjak 114%, 12% dan 23%.
Tak hanya hewan, terjadi peningkatan penggunaan aplikasi seperti Chatbot yang digerakkan oleh kecerdasan buatan. Aplikasi ini kian poluler dengan jumlah pengguna yang makin meningkat yang mayoritas merupakan lajang.
Selain itu, ada juga robot LOVOT dari perusahaan Jepang yang mampu menjaga suhu tubuhnya seperti manusia dan bisa meminta pelukan. Permintaannya meningkat hingga 15 kali lipat pada 2020 akibat pandemi dan efek dari lonely economy.
Pola konsumsi makanan juga diyakini berubah. Rumah tangga tunggal membutuhkan produk yang berbeda, termasuk makanan yang dikirim ke rumah dan porsi yang lebih kecil untuk makanan kemasan.
Di Jepang, pada 2012-2019, berat bersih rata-rata beberapa barang konsumsi yang bergerak cepat menurun sebesar 8%.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fenomena 'Resesi Seks' di China Makin Parah