Raja Skandal RI: Heboh 'Gunung Emas' Busang, Ternyata Bohong!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebelum tahun 1993, Bre-X Minerals Ltd cuma perusahaan tambang kecil di Kanada. Perusahaan yang berdiri pada 1988 dan didirikan David Walsh ini baru melakukan hal luar biasa pada 1993. Walsh ke Jakarta dan berusaha menemui seorang ahli geologi John Felderhof.
Dari Jakarta, mereka berdua lalu melakukan perjalanan 12 hari di Kalimantan Timur. Dimana ada kawasan yang katanya mengandung emas, namanya Busang. Walsh disarankan Felderhof untuk membeli properti tambang Busang, di daerah Kutai Timur. Saran Felderhof itu lalu diikuti Welsh.
"Sepulang Walsh ke Kanada, ia segera mempersiapkan proyek Busang. Pada Mei 1993 untuk pertama kalinya terbit surat kepada investor dari Bre-X yang menjelaskan potensi Busang," tulis Bondan Winarno dalam Bre-X: Sebongkah Emas di Kaki Pelangi (1997:50). Bulan Oktober 1995, Bre-X mengumumkan Busang mengandung potensi emas lebih dari 30 juta ons.
Harga saham Bre-X yang mulanya sangat kecil, tetapi setelah pengumuman itu jadi melonjak. Nilai tertinggi saham Bre-X pernah mencapai $ 286.50 (dolar Kanada) di Toronto Stock Exchange (TSX), Kanada. Busang sempat jadi rebutan. Perusahaan Barick, yang dapat ketebelece dari Presiden AS George Bush kepada Presiden RI Soeharto, menginginkannya.
"Bre-X mencoba untuk bermain dengan menggunakan aturan yang sama dan menjalin kerjasama dengan perusahaan Indonesia milik Sigit Hardjojudanto," tulis George Junus Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan (2006:45). Sigit Harjojudanto yang merupakan putra Soeharto, pemilik PT Panutan Daya. Bre-X mengimingi US $ 1 juta per bulan kepada Panutan Daya sebagai konsultan teknis dan administrasi serta nantinya saham di Busang jika penambangan berjalan.
Sekali lagi, Bre-X mengumumkan kandungan emas di Busang, pada tanggal 3 Desember 1996, bahwa kandungannya mencapai 57,33 juta ton. Setelah Sigit, Mohammad Hasan alias Bob Hasan juga tertarik ikut bergabung. Diam-diam pada Januari 1997 Bob Hasan mengakuisisi 50 persen saham PT Askatindo Karya Mineral yang menguasai penambangan Busang II dan PT Amsya Lina yang menguasai penambangan Busang II.
Semua tampak sempurna bagi Bre-X sebelum 19 Maret 1997. Kala itu, direktur eksplorasi Bre-X Michel de Guzman yang asal Filipina menghilang. Ketika naik helikopter Aloutte III dari Temindung Samarinda ke Busang. Heli itu disewa dari PT Indonesia Air Transport, anak perusahaan PT Bimantara Citra milik Bambang Trihatmodjo bin Soeharto.
"Menurut penerbang Letnan Kolonel Edi Tursono dan juru mesin Andrean yang keduanya duduk di depan, pada menit ke 17 setelah meninggalkan Samarinda (dari Bandara Temindung) pada pukul 10.13, mereka merasakan hempasan angin dari arah belakang. Ketika itu helikopter pada ketinggian 800 kaki dengan kecepatan 90 knot. Pada saat menoleh, kursi belakang dengan satu-satunya penumpang itu sudah kosong, dan pintu kanan helikopter terbuka," tulis Bondan Winarno (1997:117).
Dari pencarian yang dilakukan tim SAR, sesosok mayat ditemukan dan setelah otopsi, dokter dari Bre-X bersama kepolisian dan Konsul Jenderal Filipina Jerry Alo diyakini mayat itu adalah Michael de Guzman. Mayat itu lalu dibawa ke Filipina untuk dimakamkan. Bondan Winarno meragukan mayat yang ditemukan lalu dimakamkan di Filipina itu sebagai mayat Guzman.
Tepat di hari hilangnya Guzman, Wakil Presiden Eksplorasi PT Freeport Indonesia David Potter, Wakil Presiden Seniornya Stave van Noort, juga enam anggota timnya telah menunggu Guzman di Busang. Freeport akhirnya ikut mengambil sampel di sana dan memeriksa kandungan emas Busang di lab mereka dan hasilnya jauh berbeda dari yang digembar-gemborkan Bre-X.
Saham Bre-X pun segera anjlok setelahnya dan Welsh menjadi orang yang disalahkan terkait emas di Busang itu. Skandal ini sudah tentu membuat malu keluarga daripada Soeharto saat itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bunda... Harga Emas Terjun Nih, Mau Beli Murah Kah?