WTO Melunak, Bakal Setujui Produksi Vaksin Tanpa Hak Paten?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
18 March 2022 19:14
Botol dengan label vaksin Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Moderna coronavirus disease (COVID-19). (REUTERS/Dado Ruvic/Ilustrasi)
Foto: Botol dengan label vaksin Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Moderna coronavirus disease (COVID-19). (REUTERS/Dado Ruvic/Ilustrasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah perjanjian dibuat untuk menghapuskan izin produksi vaksin Covid-19 tanpa paten. Jika disetujui, maka negara bisa memproduksi vaksin tanpa hak paten selama 3-5 tahun.

Namun dengan catatan, ini hanya berlaku untuk negara-negara berkembang yang menyumbang kurang dari 10% dari ekspor global suntikan vaksin Covid-19 tahun lalu.

Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, India dan Afrika Selatan setuju untuk menyepakati elemen-elemen kunci. Namun butuh dukungan global dari 164 anggota World Trade Organization (WTO) untuk mengesahkan kesepakatan.

"Ini adalah langkah maju yang besar. Namun kami belum sampai di sana. Kami punya lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan mendapatkan dukungan dari seluruh anggota WTO," jelas Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, dikutip dari Reuters, Jumat (18/3/2022).

Dalam perjanjian sementara dituliskan anggota WTO harus memutuskan dalam waktu enam bulan soal perpanjang yang mencakup diagnostik dan terapi.

Namun tak semua pihak menyetujui kesepakatan itu. Pembuat obat global di International Federation of Pharmaceutical Manufacturers and Associations (IFPMA) mengatakan langkah itu bisa merusak kemampuan mereka menanggapi krisis di masa depan.

"Perusahaan biofarmasi menegaskan kembali posisinya jika melemahnya paten sekarang saat secara luas sudah diakui tidak ada lagi kendala pasokan vaksin Covid-19, memberikan sinyal yang salah," kata Direktur Jenderal IFPMA, Thomas Cueni.

Aliansi Vaksin Rakta, koalisi yang terdiri lebih dari 90 kelompok kampanye, juga menolak proposal tersebut. Sebab menurut kelompok itu menghambat beberapa hal.

Yakni hambatan kekayaan intelektual seperti rahasia dagang dan gagal untuk memasukkan perawatan yang bisa menyelamatkan jutaan jiwa.

Reuters melaporkan Pfizer menolak mengomentari hal tersebut, dan mitranya di Jerman BioNTech juga tidak segera berkomentar. Selain itu AstraZeneca menolak untuk memberikan komentar.


(npb/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hot News: Wakil RI Lawan WTO Hingga Rusia Perangi NATO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular