Jokowi Ungkap 3 Tantangan Besar Transisi Energi, Apa Saja?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 March 2022 18:50
Keynote speech Presiden RI pada S20 High Level Policy Webinar on Just Energy Transition, 17/3/2022 (Tangkapan layar youtube Setpres RI)
Foto: Presiden RI Joko Widodo memberikan keynote speech pada S20 High Level Policy Webinar on Just Energy Transition, 17 Maret 2022 (Tangkapan layar youtube Setpres RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo mengungkapkan ada tiga tantangan besar dalam transisi energi. Ketiga tantangan itu diungkapkan Jokowi saat memberikan pidato kunci dalam S20 High Level Policy Webinar on Just Energy Transition, Kamis (17/3/2022).

Mengawali pidatonya, kepala negara mengatakan, setiap negara memiliki tantangan dan kebutuhan yang berbeda dalam mentranformasikan sistem energi.

"Transisi energi bukan hanya tentang perubahan pemanfaatan dan penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Tetapi menyangkut aspek yang sangat-sangat kompleks dari ilmu pengetahuan dan teknologi sampai dengan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan," ujar Jokowi.

Transisi energi, lanjut dia, akan mengubah banyak hal, mulai dari perubahan pekerjaan, skenario pembangunan, orientasi bisnis dan lain-lain. Oleh karena itu, menurut Jokowi, dibutuhkan strategi, dan mekanisme yang tepat untuk mengindentifikasi tantangan saat ini dan di masa ke depan agar transisi energi rendah karbon dan merata dapat terlaksana dengan baik.

"Saya melihat ada tiga tantangan besar dalam transisi energi perlu mendapatkan perhatian bersama," katanya.

Pertama terkait dengan akses energi bersih. Menurut Jokowi, dunia menghadapi kenyataan bahwa tidak semua warga memiliki akses pada energi yang terjangkau andal, berkelanjutan dan modern.

"Kita harus mendorong energi bersih untuk semua terutama energi untuk elektrifikasi dan clean cooking, leaving no one behind," ujar Jokowi.

Tantangan kedua, lanjut mantan wali kota Solo itu terkait pendanaan. Proses transisi membutuhkan dana yang sangat besar.

Transisi energi, menurut Jokowi, membutuhkan proyek-proyek baru, yang artinya juga dibutuhkan investasi yang baru. Karena itu dibutuhkan eksplorasi mekanisme biaya yang tepat agar tercipta keekonomian, harga yang kompetitif dan tidak membebani masyarakat.

Tantangan ketiga adalah dukungan riset dan teknologi. Jokowi bilang dalam transisi energi diperlukan peran ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang lebih efisien dan lebih kompetitif. Sehingga bisa menurunkan biaya dan nilai tambah pada produk industri energi baru dan terbarukan.

"Selain itu, diperlukan persiapan berbagai kompetensi dan keahlian dari di tingkat dasar hingga perguruan tinggi sehingga tersedia SDM yang unggul untuk mendukung transisi energi," kata Jokowi.

Lebih lanjut, eks gubernur DKI Jakarta itu optimis di balik semua tantangan itu ada sejumlah peluang yang terbuka lebar. Kemampuan mengatasi tantangan transisi energi akan membuka peluang baru dan lapangan kerja baru.

Jokowi pun menekankan peningkatan kebutuhan keahlian teknologi dan digitalisasi terbuka peluangnya ekonomi baru, dalam hal ini ekonomi hijau, untuk mempercepat pertumbuhan global.

"Oleh karena itu, G20 diharapkan menjembatani dan mendorong negara berkembang dan maju pada keanggotaan G20 untuk mempercepat proses transisi energi, memperkuat sistem energi, global yang adil dan berkelanjutan dalam kesepakatan global. Negara yang bebannya berat harus dibantu, dan diberikan kemudahan. Negara yang sudah siap bisa jalan terlebih dahulu, sambil membantu negara lain yang belum mampu," ujarnya.

"Kita harus membangun kolaborasi untuk mempermudah akses layanan energi yang terjangkau. Menciptakan inovasi teknologi dan terobosan pendanaan dan merumuskan strategi yang konsisten dan berkelanjutan," lanjutnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo Puji Jokowi Saat Meresmikan Puluhan Proyek Listrik di Sumedang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular