Internasional

Jepang Diguncang Gempa, Bagaimana Nasib Pembangkit Nuklir?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
17 March 2022 15:50
Pemandangan dari udara menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi setelah gempa bumi yang kuat, di kota Okuma, prefektur Fukushima, Kamis (17/3/2022). (via REUTERS/KYODO)
Foto: Pemandangan dari udara menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi setelah gempa bumi yang kuat, di kota Okuma, prefektur Fukushima, Kamis (17/3/2022). (via REUTERS/KYODO)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gempa yang terjadi di prefektur Fukushima, Jepang pada Rabu (16/3/2022) malam membuat was-was masyarakat. Pasalnya, pemerintah sedang mempertimbangkan kembali penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Pada peringatan 11 tahun gempa bumi di Fukushima awal Maret ini, beberapa anggota parlemen dari partai yang berkuasa mendesak pemerintah untuk mempercepat penggunaan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir, yang masih ditutup karena masalah keamanan.

Namun, kepercayaan publik belum sepenuhnya pulih. Hal ini menimbulkan tantangan bagi Perdana Menteri Fumio Kishida untuk memulai kembali PLTN yang sudah lama tidak beroperasi.

Sebuah jajak pendapat tahunan oleh Asahi Newspaper pada Februari menunjukkan 47% responden menentang dilanjutkannya reaktor nuklir Jepang, sementara 38% mendukung. Namun, kesenjangan itu dilaporkan telah menyempit selama beberapa tahun terakhir.

Tatsujiro Suzuki, mantan Wakil Ketua Komisi Energi Atom Kantor Kabinet, mengatakan komunikasi yang buruk dengan publik tetap menjadi masalah bagi Jepang dibandingkan dengan upaya Amerika Serikat (AS) dan Prancis.

"Tidak ada saluran komunikasi yang baik antara industri, regulator dan masyarakat lokal," Suzuki, seorang profesor di Universitas Nagasaki, menyerukan skema hukum untuk menyediakan alat komunikasi timbal balik.

"Pembangkit listrik tenaga nuklir belum tentu menjadi sumber energi yang stabil lagi. Jika terjadi gempa, ada risiko harus ditutup," tambahnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Sebagaimana diketahui, pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima sudah tidak beroperasi setelah bencana yang melumpuhkan PLTN dan menewaskan hampir 16.000 orang pada 2011 silam.

Pihak berwenang sebelumnya mengatakan alarm kebakaran dipicu melalui gedung turbin di pembangkit Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat gempa bumi dan tsunami 2011.

Setelah 2011, Jepang telah menetapkan standar keselamatan dan peraturan yang lebih ketat dengan pengawas independen dari industri energi nuklir. Penghalang tsunami dan pintu anti air pasang sekarang wajib, seperti halnya perlindungan untuk generator cadangan untuk mencegah pendinginan teras reaktor.

Listrik dari pembangkit nuklir merosot hampir nol pada tahun 2014 setelah bencana Fukushima, tetapi kini mencapai sekitar 3% dari total produksi energi. Kenaikan ini membuat pemerintah ingin meningkatkannya menjadi 20%-22% pada tahun 2030.

Kini hanya enam reaktor yang beroperasi sekarang, dibandingkan dengan 54 sebelum bencana Fukushima. Banyak lainnya masih menjalani proses lisensi ulang di bawah standar keamanan yang lebih ketat.


(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gempa Guncang Jepang, Viral Gunung Fuji Meletus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular