
Rusia Serang Ukraina 21 Hari, NATO Sudah Lakukan Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan Rusia ke Ukraina, yang memasuki hari ke-21, telah menambah panjang ketegangan Moskow dengan NATO. Pasalnya aliansi itu telah menyatakan dukungannya terhadap Ukraina dan bersikap berlawanan dengan Rusia.
Ukraina sebelumnya memang mengumumkan keinginan menjadi anggota NATO. Namun hal ini ditolak mentah-mentah Rusia dan menjadi salah satu alasan mengapa Presiden Vladimir Putin melakukan serangan.
Lalu apa saja yang sudah dilakukan NATO semenjak serangan terjadi?
Hingga saat ini, pakta pertahanan pimpinan Amerika Serikat (AS) itu belum mengambil sikap untuk mengirimkan pasukannya ke Ukraina. Pengiriman pasukan tidak dilakukan untuk membatasi eskalasi agar tidak meluas kepada perang yang lebih besar termasuk perang nuklir atau perang dunia ke-3.
Namun sejak perang isu perang bergulir November 2021, NATO sudah mengirimkan bantuan senjata. Bukan cuma AS, tapi negara lain seperti Jerman dan Polandia.
Ketika Rusia menyerang 24 Februari, AS mengizinkan US$ 350 juta bantuan militer baru ke Ukraina. Termasuk sistem anti-baju besi dan anti-pesawat, senjata kecil dan berbagai amunisi kaliber.
Sementara Jerman mengirimkan 1.000 senjata antitank dan 500 rudal penyengat. Polandia pun telah mengirimkan konvoi dengan amunisi.
Terbaru, beberapa Menhan NATO dilaporkan akan segera mengadakan pertemuan. Itu akan membahas langkah selanjutnya untuk meningkatkan kehadiran pertahanannya di Eropa timur setelah serangan Rusia ke Ukraina.
NATO mengaku akan mulai mencari manuver-manuver lain terkait serangan Rusia ke Ukraina untuk mencarikan formulasi yang tepat guna menekan Moskow. Presiden AS Joe Biden juga dikatakan akan hadir.
Ini bukan tanpa sebab. Serangan Rusia yang makin menjadi membuat beberapa anggota pakta itu bersuara terkait keamanannya pasca serangan udara Moskow ke Lviv, Ukraina.
Lviv sendiri berjarak tak jauh dari perbatasan Polandia. Polandia adalah anggota NATO.
Tak hanya Polandia, negara-negara anggota NATO di Baltik seperti Lithuania, Latvia, dan Estonia juga menyuarakan kekhawatiran terkait Rusia. Mereka menyebut ada kemungkinan besar bahwa serangan Rusia akan meluas ke wilayahnya.
Apalagi negara-negara itu diketahui berbatasan langsung dengan Rusia dan Belarus. Belarus diketahui sebagai sekutu dekat Moskow, bahkan menjadi pintu masuk Rusia menyerang Ukraina.
"Kita perlu mengatur ulang postur militer kita dalam kondisi sekarang ini," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg
Selain itu, untuk mempersiapkan kemampuan tempur, aliansi itu mengadakan latihan militer besar-besaran pada 14 Maret lalu. Mengutip situs resmi NATO, tercatat sebanyak 220 jet tempur dan 50 kapal perang negara anggota plus Finlandia dan Swedia berkumpul untuk mengadakan latihan yang dinamai 'Cold Response' ini.
Namun aliansi mengaku bahwa latihan ini tidak dilakukan untuk persiapan penyerangan. Stoltenberg mengatakan aliansi itu didirikan semata-mata untuk pertahanan diri.
Sikap dingin para anggota NATO ini juga nyatanya juga terlihat di bidang-bidang non-militer. Sejauh ini, beberapa anggota NATO sepakat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jreng! NATO Siap 'Turun Gunung' di Perang Rusia-Ukraina